BAB I
PENDAHULUAN
Kisah yang syarat dengan hikmah memang bertaburan dalam
al-Quran. Bahkan, kisah-kisah itu
mengisi sebagian besar ayat-ayat dalam al-Quran. Dengan itu semua, tentu tidak
sedikit manusia yang akan tertarik untuk mengungkap secara intensif
formula-formula yang terkandung dalam al-Quran, sehingga formula itu dapat
dijadikan strategi dalam menyongsong dinamika kehidupan saat ini maupun yang
akan datang.
Dengan tinta Allah swt. yang termanifestasikan dalam al-Quran,
telah
terukir sejarah nabiyullah Yusuf as., pembahasan akan ketampanannya, nampak tidak lebay kalau dikatakan wanita-wanita akan tercengang, mata telanjangnya yang jelas terasa kurang dalam memandang, hatinya penuh bunga-bunga tak terbilang, hasratnya terguncang dan terpanggang api riang, kesadaran naik tinggi menjulang, sehingga logikanya jauh menghilang.
terukir sejarah nabiyullah Yusuf as., pembahasan akan ketampanannya, nampak tidak lebay kalau dikatakan wanita-wanita akan tercengang, mata telanjangnya yang jelas terasa kurang dalam memandang, hatinya penuh bunga-bunga tak terbilang, hasratnya terguncang dan terpanggang api riang, kesadaran naik tinggi menjulang, sehingga logikanya jauh menghilang.
Pada pembahasan nabiyullah Yusuf as., yang dalam tulisan ini
tentunya tidak hanya mengambil
hikmah atas sejarahnya, tetapi lebih pada
peradaban-peradaban baru yang ada ketika masa kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Nabi Yusuf as.
1.
Biografi
Singkat Nabi Yusuf as.
Nabi Yusuf as. merupakan anak dari nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim
as bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin
'Abir bin Syalih bin
Arfahsad bin Syam bin Nuh as. Ibu nabi Yusuf as. bernama Rahil salah seorang dari empat
istri Nabi Ya’qub as.
Rasulullah Muhammad saw. sendiri telah memuji nabi Yusuf as. Beliau
bersabda, “Sesungguhnya orang yang mulia, anak orang yang mulia, anak orang
yang mulia, anak orang yang mulia adalah Yusuf anak Ya’qub anak Ishaq anak
Ibrahim.” [1]
Rahil memiliki anak dengan nabi Ya’qub hanya dua
saja, yaitu Yusuf dan Benyamin. 10 putra nabi Ya’qub as. itu berbeda kandungan
dengan nabi Yusuf as. Ibu nabi Yusuf as. meninggal saat melahirkan adiknya
Benyamin yang kala itupun nabi Yusuf as. masih dalam usia anak-anak. Oleh sebab
itu, nabi Ya’qub as. memberi perhatian lebih kepada nabi Yusuf as. dan Benyamin
dibandingkan putranya yang lain.
Nabi Yusuf as. dilahirkan di Kan’an, yang kemudian
menghabisi masa remaja sampai tuanya di negeri Mesir. Karena nabi Yusuf as.
akan menjadi pemimpin besar di kota tersebut.
2.
Mimpi (isyarat) Akan Kenabian
øÎ)
tA$s%
ß#ßqã
ÏmÎ/L{
ÏMt/r'¯»t
ÎoTÎ)
àM÷r&u
ytnr&
u|³tã
$Y6x.öqx.
}§ôJ¤±9$#ur
tyJs)ø9$#ur
öNåkçJ÷r&u
Í<
úïÏÉf»y
ÇÍÈ tA$s%
¢Óo_ç6»t
w
óÈÝÁø)s?
x8$töäâ
#n?tã
y7Ï?uq÷zÎ)
(#rßÅ3usù
y7s9
#´øx.
(
¨bÎ)
z`»sÜø¤±9$#
Ç`»|¡SM~Ï9
Arßtã
ÑúüÎ7B
ÇÎÈ
Artinya: “Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai
ayahku, sesungguhnya aku telah melihat sebelas bintang, serta matahari dan
bulan. Telah kulihat semuanya -kepadaku- dalam keadaan bersujud.’ Nabi
Ya’qub berkata, ‘Wahai anakku, janganlah
engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat
tipu daya terhadapmu, tipu daya besar.’ Sesunguhnya setan adalah musuh yang
nyata bagi manusia”. (QS. Yusuf: 4-5)
Penulis Tafsir al-Mishbah ini menjelaskan
ulang apa yang dikatakan Muhammad al-Ghazali dalam bukunya Nahwa Tafsir
Maudhu’i li Suwar al-Quran al-Karim, dikatakan bahwa semasa kecil, melalui
mimpinya itu nabi Yusuf as. sudah merasa bahwa dia mempunyai peranan lebih yang
sudah direncanakan oleh Allah swt. Dengan kedekatannya kepada ayahnya, saat
itulah hatinya pernah berbisik, Siapa tahu, saya merupakan mata rantai
kenabian setelah ayahku. Bisikan itu jauh sebelum mimpi yang diceritakannya
kepada ayahnya.[2]
Skenario yang digariskan dalam mimpi itu adalah
sebelas bintang yang merupakan sebelas saudara-saudaranya. Yang secara kenabian
(nubuwwah) merupakan umat nabi Yusuf as. yang harus patuh akan perintah
menuju Allah swt.
Kisah yang diawali dengan panggilan mesra oleh
seorang anak kepada ayahnya itu ( ياأبت), nampaknya tidak bertepuk sebelah tangan. Nabi Ya’qub merespon
curahan hati seorang anak dengan panggilan yang juga mesra ( يابني ), janganlah engkau ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, karena saudara nabi Yusuf as. menaruh rasa iri dan
dengki terhadapnya. Yang dengan perasaannya itu akan mengantarkannya untuk
berbuat tipu daya yang dibisikkan oleh setan yang nyata.[3]
Nabi Ya’qub as. dengan spiritualitas ilahiahnya meyakini bahwa nabi
Yusuf lah yang akan menjadi penerus tampuk kenabian atas keturunannya.
Adapun riwayat tentang usia berapakah nabi Yusuf as mengemban
risalah kenabian, itu belum ditemukan oleh penulis.
3.
Ujian
Dalam Kehidupan Nabi Yusuf as.
Untuk mendapatkan gelar sarjana saja, seorang mahasiswa harus
menerima tugas makalah, ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian
komprehensif, dan ujian skripsi. Dengan itu semua, barulah mahasiswa itu layak
untuk menyandang gelar sarjananya. Apalagi gelar nabiyullah. Tentunya ada
gradasi ujian yang harus dilewati oleh putra nabi Ya’qub as. Adapun ujian yang
dialami oleh nabi Yusuf as. ialah sebagai berikut:
a.
Dimasukkan
dalam sumur dan dipisahkan dari orang tua
Aksi anti Yusuf yang dimotori oleh saudara-saudaranya sendiri
nampaknya sudah dikonsep dengan matang, terstruktur dan masif. Mulai dari
rayuan terhadap ayahnya nabi Ya’qub as. bahwa mereka akan menggembala kambing
dengan mengajak nabi Yusuf as. Janji mereka akan menjaga dan melindungi nabi
Yusuf as. menjadi buah bibir mereka saja.
Perasaan khawatir menyelimuti nabi Ya’qub as. Beliau pun berkata, “Jika
kalian menjaganya dengan sepenuh hati, dan mengawasi Yusuf seperti kalian
terhadap kedua mata kalian, kalian diizinkan membawanya. Dalam urusan ini Tuhan
meliputi diri kalian.”[4]
Saat perjalanan menuju sumur, mereka melampiaskan kemarahan dengan
memukul dan memaki nabi Yusuf as. Sampai kemudian nabi Yusuf as. dimasukkan
dalam sumur yang gelap, senyap dan menyeramkan.
Orang lain yang menyakiti, tentu tidak lebih menyakitkan dibandingkan
dengan orang terdekat atau saudara sendiri yang menyakiti.
b.
Diperjual
belikan
Seorang manusia yang mempunyai harkat dan martabat serta derajat
yang lebih tinggi kualitasnya dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Tepat
sekali rasanya kalau undang-undang di Indonesia menindak keras dan menghukum
pelaku-pelaku penjualan anak.
Ada perbedaan tentunya dengan kasus bangsa Arab terdahulu khususnya
masa nabi Yusuf as. yang mana manusia diperjual belikan untuk menjadi
pembantu/pesuruh (hamba sahaya).
Nabi Yusuf as. anak seorang nabi, putra dari ayah yang sangat
disegani, ia dari keluarga terhormat, nampaknya dalam menempuh ujian Allah swt.
dirinya harus disamakan dengan seorang hamba sahaya yang diperjual
belikan. Allah swt. berfirman: “(Dan rombongan kafilah) menjual Yusuf dengan
harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik
hatinya kepada Yusuf.” (QS. Yusuf: 20).
Mohsen Qaraati dalam karyanya Seri Tafsir Untuk Anak Muda,
mengatakan bahwa seseorang yang tidak mengetahui nilai sesuatu maka dia akan
menjualnya dengan harga murah.[5] Apabila kafilah itu mengetahui siapa nabi Yusuf as. dengan baik,
maka menjual dengan harga yang murah itu tidak akan dilakukannya.
Allah swt. memberikan ujian kepada nabinya tidak hanya perasaan
batin yang diperjual belikan, tetapi transaksinya pun dengan harga yang rendah.
Allah Maha Mengetahui atas sesuatu.
c.
Difitnah
dan dipenjara
Sampai pada masa remajanya, dalam lindungan Qutifar[6]
dan Zulaikha, nabi Yusuf as. hidup berkecukupan. Hal yang membuatnya kurang
bahagia hanya satu, ialah perpisahan dengan ayah dan adiknya Benyamin.
Wajahnya semakin tampan menawan, pribadinya sangat mengesankan dan
memandangnya tidak akan bosan karena penuh keindahan. Dengan itu semua, Allah swt.
kemudian menguji nabi Yusuf as. dengan jatuh cintanya Zulaikha terhadap
dirinya. Tidak kuat menahan perasaan yang dalam, akhirnya Zulaikha merayu dan
menggoda nabi Yusuf as. untuk berbuat mesum. Pintu ruangan sudah ditutup rapat,
Zulaikha semakin penasaran karena rayuannya tidak berhasil. Memaksa nabi Yusuf
rupanya menjadi jalan terakhir yang harus ditempuh untuk menaklukan nabi Yusuf
as. Zulaikha memaksa, nabi Yusuf pun terus menghindar. Akhirnya terjadi tarik
menarik. Nabi Yusuf as. berhasil melarikan diri, kendati baju bagian belakang
nabi Yusuf as. terkoyak (sobek). Yusuf yang berlari menuju pintu untuk
menghindar, seketika itu Qutifar berada di depan pintu. Dan terkejut melihat
kejadian tersebut.
Merasa malu, sekaligus upaya untuk membersihkan citra dirinya,
Zulaikha menangis dihadapan suaminya, dengan memutar balikkan fakta. “Yusuf lah
yang berusaha untuk merayu dan menggoda diriku.”[7] Itu
ujar Zulaikha.
Disinilah
subjek menjadi objek, dan objek menjadi subjek. Mungkin itulah analogi yang
saat ini bisa diberikan terhadap kejadian tersebut.
ôMs9$s%
$tB
âä!#ty_
ô`tB
y#ur&
y7Ï=÷dr'Î/
#¹äþqß
HwÎ)
br&
z`yfó¡ç
÷rr&
ëU#xtã
ÒOÏ9r&
ÇËÎÈ tA$s%
}Ïd
ÓÍ_ø?yurºu
`tã
ÓŤøÿ¯R
4
yÎgx©ur
ÓÏd$x©
ô`ÏiB
!$ygÎ=÷dr&
bÎ)
c%x.
¼çmÝÁÏJs%
£è%
`ÏB
9@ç6è%
ôMs%y|Ásù
uqèdur
z`ÏB
tûüÎ/É»s3ø9$#
ÇËÏÈ bÎ)ur
tb%x.
¼çmÝÁÏJs%
£è%
`ÏB
9ç/ß
ôMt/xs3sù
uqèdur
z`ÏB
tûüÏ%Ï»¢Á9$#
ÇËÐÈ
Artinya: “Wanita itu berkata (Zulaikha): ‘Apakah pembalasan
terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau
siksa yang pedih?’. Yusuf berkata: ‘Dia menggodaku untuk menundukan diriku
(kepadanya)’, dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan
kesaksiannya: ‘Jika baju gamisnya koyak dimuka, maka wanita itu benar, dan
Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan apabila baju gamisnya koyak
dibelakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang
benar.’” (QS. Yusuf: 25-27)
‘Allamah Thabathaba’i menjelaskan bahwa kesaksian itu sudah cukup
jelas dan bisa diterima secara universal, karena bersifat ‘aqliy (rasional).
Yang kesaksian itu merupakan kuasa Ilahi karena keluar dari lisan bayi kecil
yang sedang dalam masa buaian.
Dengan dilema, akhirnya Qutifar memenjarakan nabi Yusuf as. agar
pada sisi lain, nama baik Qutifar dan Zulaikha tidak buruk dimata masyarakat
banyak. Walaupun dia tahu bahwa Yusuf tidak bersalah.
Dalam kondisi menghadapi fitnah dan akan dipenjarakan, nabi Yusuf
as. berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi
ajakan mereka. Dan jika tidak engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka,
tentu akau cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku
termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)
4.
Mu’jizat
Nabi Yusuf as.
a.
Ketampanan
Hal luar biasa (mu’jizat) yang diberikan Allah swt. kepada nabi
Yusuf as. berupa ketampanan yang membuat Zulaikha (isteri Qutifar) tak berdaya
dan hal itu juga yang membuat wanita-wanita bangsawan mesir, dengan undangan
Zulaikha mereka diberikan jamuan buah dengan pisaunya, sehingga secara tidak
sadar mereka mengiriskan pisau ketangan mereka saat nabi Yusuf as. melewati
mereka yang hendak mengupas buah. Firman Allah swt:
$¬Hs>sù
ôMyèÏJy
£`ÏdÌõ3yJÎ/
ôMn=yör&
£`Íkös9Î)
ôNytGôãr&ur
£`çlm;
$\«s3GãB
ôMs?#uäur
¨@ä.
;oyÏnºur
£`åk÷]ÏiB
$YZÅj3Å
ÏMs9$s%ur
ólã÷z$#
£`Íkön=tã
(
$¬Hs>sù
ÿ¼çmuZ÷r&u
¼çmtR÷y9ø.r&
z`÷è©Üs%ur
£`åkuÏ÷r&
z`ù=è%ur
|·»ym
¬!
$tB
#x»yd
#·|³o0
÷bÎ)
!#x»yd
wÎ)
Ô7n=tB
ÒOÌx.
ÇÌÊÈ
Artinya: “Maka
tatkala wanita itu mendengar tipu daya mereka, dia mengutus kepada
wanita-wanita itu dan dia menyiapkan bagi mereka tempat duduk bersandar, dan
memerintahkan memberikan kepada setiap orang dari mereka sebuah pisau dan dia
berkata (kepada Yusuf as), “Keluarlah kepada mereka.” Maka tatkala mereka
melihatnya, mereka sangat kagum kepadanya dan mereka memotong tangan mereka
seraya berkata: “Maha Suci Allah! Ini Bukanlah Manusia! Sesungguhnya ini tiada
lain hanyalah malaikat yang mulia.”
Wanita-wanita yang baru saja melihat ketampanan nabi Yusuf as. itu
langsung tidak sadar. “Bagaimana dengan diriku yang melihat Yusuf setiap
hari?” Ujar Zulaikha dengan berdalih.
b.
Mengungkap
mimpi
Allah swt. memberikan kasih sayang kepada nabi Yusuf as. berupa pengetahuan
tentang arti kehidupan dan peristiwa-peristiwa serta diberi metode dialog yang
membuat lawan dialognya seakan terhipnotis kemudian menaruh simpati. Hal ini
dicatat dalam al-Quran, “Dan tatkala dia cukup dewasa, kami berikan kepadanya
hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik.” (QS. Yusuf: 22)[8] Dalam gempita penjara yang dilakukan Zulaikha, nabi Yusuf as.
tetap pada keyakinannya terhadap Allah swt.
Di dalam penjara, ia banyak mendengarkan cerita narapidana atas
mimpi-mimpi yang mereka alami. Nabi Yusuf as. dengan arif ia menyampaikan apa
yang diketahuinya atas mimpi para napi itu.
Setelah beberapa tahun hidup terkurung dalam fitnah, kala itu raja
mesir bermimpi dan menceritakan mimpi itu kepada para ahli mimpi terkemuka
kerajaan. “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang
gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh
bulir-bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Wahai
orang-orang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang ta’wil mimpiku itu jika
kamu dapat mena’wilkan mimpi.” Mereka menjawab: “(Itu) adalah mimpi-mimpi yang
kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena’wilkan mimpi itu. Dan berkatalah
orang-orang yang selamat diantara mereka berdua dan dia teringat (kepada Yusuf)
setelah beberapa waktu lamanya, ‘Aku akan menyampaikan kepada kamu tentang pena’wilan
mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).” (QS Yusuf: 43-45) Nabi Yusuf as. kemudian
dipanggil dan dihadapkan kepada raja. Dengan gelisah yang mendalam, raja
menceritakan mimpinya itu kepada Nabi Yusuf as.
Setelah mendengarkan apa yang sudah diceritakan oleh raja, nabi
Yusuf as. terdiam sejenak dan mengatakan, “Supaya kamu bertanam tujuh tahun
(lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan
dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang
tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk
menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu
simpan. Kemudian setelah itu akan datang yang padanya manusia diberi hujan
(dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” (QS Yusuf:48-49)[9]
Raja merasa simpati akan kepribadian nabiyullah Yusuf as. Tanpa
ragu raja memberikan jabatan besar yang bersifat bebas, artinya terserah kepada
nabi Yusuf as. untuk mengatakannya. Akhirnya nabi Yusuf as. memilih untuk menjadi
bendahara kerajaan Mesir.
Jabatan atau kepercayaan yang diberikan oleh raja terhadap Yusuf
as., selain kepribadiannya yang arif dan bijak, disisi lain, kepiawaiannya
dalam menyingkap sebuah mimpi besar yang dengan tersingkapnya, masyarakat
negeri mesir tidak mengalami kelaparan pada musim paceklik selama tujuh tahun.
B.
Peradaban
Masa Nabi Yusuf as.
1.
Adanya
Ta’wil Mimpi
Mimpi raja yang sangat padat akan teka-teki tersebut, tidak hanya
membuat raja risau dan bertanya-tanya, tetapi membuat semua orang yang pandai
dalam menyingkap mimpi di istana tersebut menggelengkan kepalanya. Bahkan ada
yang menjawab mimpi itu hanyalah bunga tidur sang raja.
Setalah semua ahli mimpi itu dikumpulkan oleh raja, dan semuanya
itu tidak mampu menjawab kegelisahan raja atas mimpinya, beberapa hari kemudian
nabi Yusuf as. yang dengan kepandaiannya dalam menyingkap mimpi, dia
menjelaskan dengan baik arti dari mimpi raja tersebut.
Masa mendekam dalam rumah tahanan, juga digunakan untuk memberikan
jawaban atas rasa penasaran dua narapidana yang bermimpi dalam tidurnya. Apa
yang nabi Yusuf as. katakan terkait mimpi itu, tidak ada yang meleset
sedikitpun.[10]
Pada masa inilah mimpi-mimpi manusia terpetakan dengan baik, maksud
yang terkandung dalam setiap bunga tidur itu.
2.
Adanya
Rumah Tahanan (rutan)
Nabi Yusuf as. yang mengalami fitnah sehingga ia dihukum untuk
berada dibalik jeriji besi (rumah tahanan). Pada masa itu, raja sudah
mempersiapkan rumah tahanan bagi para pembangkang dan orang-orang yang
berkhianat pada kerajaan.
Rumah tahanan yang saat itu menjadi rutan nabi Yusuf as. merupakan
rutan yang bersifat umum.[11] Hal ini nampak sangat berbeda dengan rutan bangsa Indonesia.
Pejabat yang tersandung korupsi mendapatkan rutan yang baik dan
fasilitas-fasilitas high class. Bagaimana dapat memberikan efek jera
terhadap pejabat-pejabat yang lain.
3.
Adanya
Swasembada Pangan
Paparan dari nabiyullah Yusuf as. kepada raja atas mimpinya
merupakan konsep ketahanan pangan, etos bercocok tanam dan swasembada pangan.[12]
Swasembada pangan jangka panjang yang diterapkan negeri mesir atas
komando nabi Yusuf as. membuat negeri Mesir tidak kelaparan saat terjadi
paceklik. Bahkan mampu menjul kepada daerah lain.
Tempat nabi Ya’qub as. yaitu Kan’an yang pada saat itu juga
mengalami krisis pangan, nabi Ya’qub as. memerintahkan anaknya untuk membeli
gandum ke Mesir. Yang akhirnya mempertemukan nabi Yusuf as. kepada 10 saudara-saudaranya
yang telah menyakitinya.
Prinsip swasembada pangan, perlu adanya rekonstruksi bagi semua
elemen bangsa Indonesia, terutama pemimpin bangsa, agar ketahanan nasional
tidak mudah goyah dan gonjang-ganjing, hanya karena nilai tukar rupiah
mengalami fluktuasi.
Swasembada pangan yang sekarang perlu rekonstruksi, nampaknya sudah
dipraktikkan oleh nabiyullah Yusuf as.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kisah
nabi Yusuf as. dikatakan oleh banyak ulama sebagai ahsan al-qashash. Karena
tidak hanya kisahnya yang paling banyak diabadikan dalam al-Quran, tetapi
kisahnya itu banyak mengandung hikmah, pesan-pesan moral yang tinggi tentang
kesabaran, kesedihan, kasih sayang, bahkan pengorbanan.
Nabi Yusuf as. diuji oleh saudaranya sendiri, dimasukkan dalam
sumur, difitnah, bahkan hidup di balik jeriji besi tanpa kesalahan. Itu semua
menunjukan kekuatan dan keteguhan iman nabi Yusuf as. kepada Allah swt.
Kemudian Allah swt. membalasnya dengan memberikan derajat yang tinggi sebagai
bendahara kerajaan Mesir (balasan Allah swt. yang bersifat materi).
Begitu juga setiap manusia, jangan pernah bermimpi untuk
mendapatkan derajat yang tinggi (kesuksesan) tanpa merasakan “sakitnya dimusuhi
keluarga sendiri, ketakutan dalam sumur, keletihan dalam rumah tahanan.”
Adapun
peradaban-peradaban yang berkembang pada masa nabi Yusuf as. ialah:
1.
Banyaknya
pena’wil mimpi
2.
Tersedianya
rumah tahanan (rutan) bagi para pelaku
ketidakadilan
3.
Sudah
teraplikasikannya konsep swasembada pangan
B.
Kritik dan Saran
Dalam kisah nabi Yusuf as. ini kami tidak banyak mengungkap pesan
moral atas kisah cinta antara nabi Yusuf
as. dengan Zulaikha, karena dari banyaknya ayat yang berkenaan dengan kisah
antara nabi Yusuf as. dan Zulaikha. Untuk membahasnya mungkin membutuhkan waktu
tersendiri untuk mengkajinya.
Dengan keterbatasan pembahasan ini, kami menghimbau pembaca untuk
merujuk dan mengkaji kitab-kitab yang berbicara tentang sejarah nabi Yusuf as.
lebih intensif lagi.
Semua kebenaran dari Allah swt. dan yang salah mutlak dari
kelalaian kami. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
·
Amuli,
Muhammad Ahmad Jadi. 2008. Kumpulan
Qisah Dalam al-Quran. Jakarta: Qorina.
·
Ash-Shabuni,
Muhammad Ali. 2001. Kenabian Dan Riwayat Para Nabi. Jakarta: Lentera.
·
Bahjat,
Ahmad. 2001. Sejarah Nabi-Nabi Allah. Jakarta: Lentera.
·
Qaraati,
Mohsen. 2000. Seri Tafsir Untuk Anak Muda. Jakarta: Al-Huda.
·
Qutub,
Sayyid. 2003. Fi Zhilalil Quran, Terjemah. Jakarta: Gema Insani Press.
·
Syihab,
Muhammad Qurasih. 2005. Tafsir al-Mishbah Vol 6. Ciputat: Lentera Hati.
·
Republika
Online, Senin, 3 Februari 2014, 01:51 wib.
[1]
Muhammad Ali
ash-Shabuni, Kenabian dan Riwayat Para Nabi, 2001. Jakarta: Lentera, hal
310
[2] Muhammad
Qurasih Syihab, Tafsir al-Mishbah Vol 6, 2005. Ciputat: Lentera Hati,
hal 397
[3] Muhammad
Qurasih Syihab, Tafsir al-Mishbah Vol 6, 2005. Ciputat: Lentera Hati, hal
389
[4]
Muhammad Ahmad
Jadi Amuli, Kumpulan Qisah Dalam al-Quran, 2008. Jakarta: Qorina, hal
119
[5]
Mohsen Qaraati,
Seri Tafsir Untuk Anak Muda, 2000. Jakarta: Al-Huda, hal 57
[6] Qutifar
merupakan perdana menteri negeri Mesir, yang membeli nabi Yusuf as. dengan
beberapa dirham untuk dijadikan anak. Qutifar kemudian memberi nama nabi Yusuf
as. dengan panggilan Yuzarsif.
[7] Muhammad Ali
Ash-Shabuni, Kenabian Dan Riwayat Para Nabi, 2001. Jakarta: Lentera, hal
317
[8]
Ahmad Bahjat, Sejarah
Nabi-Nabi Allah, 2001. Jakarta: Lentera, hal 155
[9] Sayyid Qutub, Fi
Zhilalil Quran, Terjemah, 2003. Jakarta: Gema Insani Press, hal 310
[10] Ahmad Bahjat, Sejarah
Nabi-Nabi Allah, 2001. Jakarta: Lentera, hal 169
[11] Mohsen
Qaraati, Seri Tafsir Untuk Anak Muda, 2000. Jakarta: Al-Huda, hal 99
Mengapa potongan surat suci Allah di buat sperti huruf2 yg tak beraturan. Kenapa tidak menggunakan ayat suci Al-quran?
BalasHapus