WELCOME

WELCOME TO MY BLOG

Sabtu, 14 Maret 2015

SEJARAH PERADABAN NABI YUSUF pada Sejarah Peradaban Islam

BAB I
PENDAHULUAN
Kisah yang syarat dengan hikmah memang bertaburan dalam al-Quran.  Bahkan, kisah-kisah itu mengisi sebagian besar ayat-ayat dalam al-Quran. Dengan itu semua, tentu tidak sedikit manusia yang akan tertarik untuk mengungkap secara intensif formula-formula yang terkandung dalam al-Quran, sehingga formula itu dapat dijadikan strategi dalam menyongsong dinamika kehidupan saat ini maupun yang akan datang.
Dengan tinta Allah swt. yang termanifestasikan dalam al-Quran, telah
terukir sejarah nabiyullah Yusuf as., pembahasan akan ketampanannya, nampak tidak lebay kalau dikatakan wanita-wanita akan tercengang, mata telanjangnya yang jelas terasa kurang dalam memandang, hatinya penuh bunga-bunga tak terbilang, hasratnya terguncang dan terpanggang api riang, kesadaran naik tinggi menjulang, sehingga logikanya jauh menghilang.
Pada pembahasan nabiyullah Yusuf as., yang dalam tulisan ini tentunya tidak hanya mengambil
hikmah atas sejarahnya, tetapi lebih pada peradaban-peradaban baru yang ada ketika masa kehidupannya.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Sejarah Nabi Yusuf as.
1.         Biografi Singkat Nabi Yusuf as.
Nabi Yusuf as. merupakan anak dari nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim as bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh as. Ibu nabi Yusuf as. bernama Rahil salah seorang dari empat istri Nabi Ya’qub as.
Rasulullah Muhammad saw. sendiri telah memuji nabi Yusuf as. Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang mulia, anak orang yang mulia, anak orang yang mulia, anak orang yang mulia adalah Yusuf anak Ya’qub anak Ishaq anak Ibrahim.” [1]
Rahil memiliki anak dengan nabi Ya’qub hanya dua saja, yaitu Yusuf dan Benyamin. 10 putra nabi Ya’qub as. itu berbeda kandungan dengan nabi Yusuf as. Ibu nabi Yusuf as. meninggal saat melahirkan adiknya Benyamin yang kala itupun nabi Yusuf as. masih dalam usia anak-anak. Oleh sebab itu, nabi Ya’qub as. memberi perhatian lebih kepada nabi Yusuf as. dan Benyamin dibandingkan putranya yang lain.
Nabi Yusuf as. dilahirkan di Kan’an, yang kemudian menghabisi masa remaja sampai tuanya di negeri Mesir. Karena nabi Yusuf as. akan menjadi pemimpin besar di kota tersebut.
2.         Mimpi (isyarat) Akan Kenabian
øŒÎ) tA$s% ß#ßqムÏmÎ/L{ ÏMt/r'¯»tƒ ÎoTÎ) àM÷ƒr&u ytnr& uŽ|³tã $Y6x.öqx. }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur öNåkçJ÷ƒr&u Í< šúïÏÉf»y ÇÍÈ   tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw óÈÝÁø)s? x8$tƒöäâ #n?tã y7Ï?uq÷zÎ) (#rßÅ3uŠsù y7s9 #´øŠx. ( ¨bÎ) z`»sÜø¤±9$# Ç`»|¡SM~Ï9 Arßtã ÑúüÎ7B ÇÎÈ  
Artinya: “Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah melihat sebelas bintang, serta matahari dan bulan. Telah kulihat semuanya -kepadaku- dalam keadaan bersujud.’ Nabi Ya’qub  berkata, ‘Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, karena mereka akan membuat tipu daya terhadapmu, tipu daya besar.’ Sesunguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (QS. Yusuf: 4-5)
Penulis Tafsir al-Mishbah ini menjelaskan ulang apa yang dikatakan Muhammad al-Ghazali dalam bukunya Nahwa Tafsir Maudhu’i li Suwar al-Quran al-Karim, dikatakan bahwa semasa kecil, melalui mimpinya itu nabi Yusuf as. sudah merasa bahwa dia mempunyai peranan lebih yang sudah direncanakan oleh Allah swt. Dengan kedekatannya kepada ayahnya, saat itulah hatinya pernah berbisik, Siapa tahu, saya merupakan mata rantai kenabian setelah ayahku. Bisikan itu jauh sebelum mimpi yang diceritakannya kepada ayahnya.[2]
Skenario yang digariskan dalam mimpi itu adalah sebelas bintang yang merupakan sebelas saudara-saudaranya. Yang secara kenabian (nubuwwah) merupakan umat nabi Yusuf as. yang harus patuh akan perintah menuju Allah swt.
Kisah yang diawali dengan panggilan mesra oleh seorang anak kepada ayahnya itu ( ياأبت), nampaknya tidak bertepuk sebelah tangan. Nabi Ya’qub merespon curahan hati seorang anak dengan panggilan yang juga mesra ( يابني ), janganlah engkau ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, karena saudara nabi Yusuf as. menaruh rasa iri dan dengki terhadapnya. Yang dengan perasaannya itu akan mengantarkannya untuk berbuat tipu daya yang dibisikkan oleh setan yang nyata.[3]
Nabi Ya’qub as. dengan spiritualitas ilahiahnya meyakini bahwa nabi Yusuf lah yang akan menjadi penerus tampuk kenabian atas keturunannya.
Adapun riwayat tentang usia berapakah nabi Yusuf as mengemban risalah kenabian, itu belum ditemukan oleh penulis.

3.         Ujian Dalam Kehidupan Nabi Yusuf as.
Untuk mendapatkan gelar sarjana saja, seorang mahasiswa harus menerima tugas makalah, ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian komprehensif, dan ujian skripsi. Dengan itu semua, barulah mahasiswa itu layak untuk menyandang gelar sarjananya. Apalagi gelar nabiyullah. Tentunya ada gradasi ujian yang harus dilewati oleh putra nabi Ya’qub as. Adapun ujian yang dialami oleh nabi Yusuf as. ialah sebagai berikut:
a.         Dimasukkan dalam sumur dan dipisahkan dari orang tua
Aksi anti Yusuf yang dimotori oleh saudara-saudaranya sendiri nampaknya sudah dikonsep dengan matang, terstruktur dan masif. Mulai dari rayuan terhadap ayahnya nabi Ya’qub as. bahwa mereka akan menggembala kambing dengan mengajak nabi Yusuf as. Janji mereka akan menjaga dan melindungi nabi Yusuf as. menjadi buah bibir mereka saja.
Perasaan khawatir menyelimuti nabi Ya’qub as. Beliau pun berkata, “Jika kalian menjaganya dengan sepenuh hati, dan mengawasi Yusuf seperti kalian terhadap kedua mata kalian, kalian diizinkan membawanya. Dalam urusan ini Tuhan meliputi diri kalian.”[4]
Saat perjalanan menuju sumur, mereka melampiaskan kemarahan dengan memukul dan memaki nabi Yusuf as. Sampai kemudian nabi Yusuf as. dimasukkan dalam sumur yang gelap, senyap dan menyeramkan.
Orang lain yang menyakiti, tentu tidak lebih menyakitkan dibandingkan dengan orang terdekat atau saudara sendiri yang menyakiti.
b.        Diperjual belikan
Seorang manusia yang mempunyai harkat dan martabat serta derajat yang lebih tinggi kualitasnya dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Tepat sekali rasanya kalau undang-undang di Indonesia menindak keras dan menghukum pelaku-pelaku penjualan anak.
Ada perbedaan tentunya dengan kasus bangsa Arab terdahulu khususnya masa nabi Yusuf as. yang mana manusia diperjual belikan untuk menjadi pembantu/pesuruh (hamba sahaya).
Nabi Yusuf as. anak seorang nabi, putra dari ayah yang sangat disegani, ia dari keluarga terhormat, nampaknya dalam menempuh ujian Allah swt. dirinya harus disamakan dengan seorang hamba sahaya yang diperjual belikan. Allah swt. berfirman: “(Dan rombongan kafilah) menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf.” (QS. Yusuf: 20).
Mohsen Qaraati dalam karyanya Seri Tafsir Untuk Anak Muda, mengatakan bahwa seseorang yang tidak mengetahui nilai sesuatu maka dia akan menjualnya dengan harga murah.[5] Apabila kafilah itu mengetahui siapa nabi Yusuf as. dengan baik, maka menjual dengan harga yang murah itu tidak akan dilakukannya.
Allah swt. memberikan ujian kepada nabinya tidak hanya perasaan batin yang diperjual belikan, tetapi transaksinya pun dengan harga yang rendah. Allah Maha Mengetahui atas sesuatu.
c.         Difitnah dan dipenjara
Sampai pada masa remajanya, dalam lindungan Qutifar[6] dan Zulaikha, nabi Yusuf as. hidup berkecukupan. Hal yang membuatnya kurang bahagia hanya satu, ialah perpisahan dengan ayah dan adiknya Benyamin.
Wajahnya semakin tampan menawan, pribadinya sangat mengesankan dan memandangnya tidak akan bosan karena penuh keindahan. Dengan itu semua, Allah swt. kemudian menguji nabi Yusuf as. dengan jatuh cintanya Zulaikha terhadap dirinya. Tidak kuat menahan perasaan yang dalam, akhirnya Zulaikha merayu dan menggoda nabi Yusuf as. untuk berbuat mesum. Pintu ruangan sudah ditutup rapat, Zulaikha semakin penasaran karena rayuannya tidak berhasil. Memaksa nabi Yusuf rupanya menjadi jalan terakhir yang harus ditempuh untuk menaklukan nabi Yusuf as. Zulaikha memaksa, nabi Yusuf pun terus menghindar. Akhirnya terjadi tarik menarik. Nabi Yusuf as. berhasil melarikan diri, kendati baju bagian belakang nabi Yusuf as. terkoyak (sobek). Yusuf yang berlari menuju pintu untuk menghindar, seketika itu Qutifar berada di depan pintu. Dan terkejut melihat kejadian tersebut.
Merasa malu, sekaligus upaya untuk membersihkan citra dirinya, Zulaikha menangis dihadapan suaminya, dengan memutar balikkan fakta. “Yusuf lah yang berusaha untuk merayu dan menggoda diriku.”[7] Itu ujar Zulaikha.
Disinilah subjek menjadi objek, dan objek menjadi subjek. Mungkin itulah analogi yang saat ini bisa diberikan terhadap kejadian tersebut.
ôMs9$s% $tB âä!#ty_ ô`tB yŠ#ur& y7Ï=÷dr'Î/ #¹äþqß HwÎ) br& z`yfó¡ç ÷rr& ëU#xtã ÒOŠÏ9r& ÇËÎÈ   tA$s% }Ïd ÓÍ_ø?yŠurºu `tã ÓŤøÿ¯R 4 yÎgx©ur ÓÏd$x© ô`ÏiB !$ygÎ=÷dr& bÎ) šc%x. ¼çmÝÁŠÏJs% £è% `ÏB 9@ç6è% ôMs%y|Ásù uqèdur z`ÏB tûüÎ/É»s3ø9$# ÇËÏÈ   bÎ)ur tb%x. ¼çmÝÁŠÏJs% £è% `ÏB 9ç/ߊ ôMt/xs3sù uqèdur z`ÏB tûüÏ%Ï»¢Á9$# ÇËÐÈ  
Artinya: “Wanita itu berkata (Zulaikha): ‘Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau siksa yang pedih?’. Yusuf berkata: ‘Dia menggodaku untuk menundukan diriku (kepadanya)’, dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: ‘Jika baju gamisnya koyak dimuka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta. Dan apabila baju gamisnya koyak dibelakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar.’” (QS. Yusuf: 25-27)
‘Allamah Thabathaba’i menjelaskan bahwa kesaksian itu sudah cukup jelas dan bisa diterima secara universal, karena bersifat ‘aqliy (rasional). Yang kesaksian itu merupakan kuasa Ilahi karena keluar dari lisan bayi kecil yang sedang dalam masa buaian.
Dengan dilema, akhirnya Qutifar memenjarakan nabi Yusuf as. agar pada sisi lain, nama baik Qutifar dan Zulaikha tidak buruk dimata masyarakat banyak. Walaupun dia tahu bahwa Yusuf tidak bersalah.
Dalam kondisi menghadapi fitnah dan akan dipenjarakan, nabi Yusuf as. berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Dan jika tidak engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu akau cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)

4.         Mu’jizat Nabi Yusuf as.
a.         Ketampanan
Hal luar biasa (mu’jizat) yang diberikan Allah swt. kepada nabi Yusuf as. berupa ketampanan yang membuat Zulaikha (isteri Qutifar) tak berdaya dan hal itu juga yang membuat wanita-wanita bangsawan mesir, dengan undangan Zulaikha mereka diberikan jamuan buah dengan pisaunya, sehingga secara tidak sadar mereka mengiriskan pisau ketangan mereka saat nabi Yusuf as. melewati mereka yang hendak mengupas buah. Firman Allah swt:
$¬Hs>sù ôMyèÏJy £`Ïd̍õ3yJÎ/ ôMn=yör& £`ÍköŽs9Î) ôNytGôãr&ur £`çlm; $\«s3­GãB ôMs?#uäur ¨@ä. ;oyÏnºur £`åk÷]ÏiB $YZŠÅj3Å ÏMs9$s%ur ólã÷z$# £`ÍköŽn=tã ( $¬Hs>sù ÿ¼çmuZ÷ƒr&u ¼çmtR÷Žy9ø.r& z`÷è©Üs%ur £`åkuÏ÷ƒr& z`ù=è%ur |·»ym ¬! $tB #x»yd #·Ž|³o0 ÷bÎ) !#x»yd žwÎ) Ô7n=tB ÒOƒÌx. ÇÌÊÈ   
Artinya: “Maka tatkala wanita itu mendengar tipu daya mereka, dia mengutus kepada wanita-wanita itu dan dia menyiapkan bagi mereka tempat duduk bersandar, dan memerintahkan memberikan kepada setiap orang dari mereka sebuah pisau dan dia berkata (kepada Yusuf as), “Keluarlah kepada mereka.” Maka tatkala mereka melihatnya, mereka sangat kagum kepadanya dan mereka memotong tangan mereka seraya berkata: “Maha Suci Allah! Ini Bukanlah Manusia! Sesungguhnya ini tiada lain hanyalah malaikat yang mulia.”
Wanita-wanita yang baru saja melihat ketampanan nabi Yusuf as. itu langsung tidak sadar. “Bagaimana dengan diriku yang melihat Yusuf setiap hari?” Ujar Zulaikha dengan berdalih.
b.         Mengungkap mimpi
Allah swt. memberikan kasih sayang kepada nabi Yusuf as. berupa pengetahuan tentang arti kehidupan dan peristiwa-peristiwa serta diberi metode dialog yang membuat lawan dialognya seakan terhipnotis kemudian menaruh simpati. Hal ini dicatat dalam al-Quran, “Dan tatkala dia cukup dewasa, kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 22)[8] Dalam gempita penjara yang dilakukan Zulaikha, nabi Yusuf as. tetap pada keyakinannya terhadap Allah swt.
Di dalam penjara, ia banyak mendengarkan cerita narapidana atas mimpi-mimpi yang mereka alami. Nabi Yusuf as. dengan arif ia menyampaikan apa yang diketahuinya atas mimpi para napi itu.
Setelah beberapa tahun hidup terkurung dalam fitnah, kala itu raja mesir bermimpi dan menceritakan mimpi itu kepada para ahli mimpi terkemuka kerajaan. “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus, dan tujuh bulir-bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Wahai orang-orang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang ta’wil mimpiku itu jika kamu dapat mena’wilkan mimpi.” Mereka menjawab: “(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena’wilkan mimpi itu. Dan berkatalah orang-orang yang selamat diantara mereka berdua dan dia teringat (kepada Yusuf) setelah beberapa waktu lamanya, ‘Aku akan menyampaikan kepada kamu tentang pena’wilan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).” (QS Yusuf: 43-45) Nabi Yusuf as. kemudian dipanggil dan dihadapkan kepada raja. Dengan gelisah yang mendalam, raja menceritakan mimpinya itu kepada Nabi Yusuf as.
Setelah mendengarkan apa yang sudah diceritakan oleh raja, nabi Yusuf as. terdiam sejenak dan mengatakan, “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa, maka apa yang kamu tuai, hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” (QS Yusuf:48-49)[9]
Raja merasa simpati akan kepribadian nabiyullah Yusuf as. Tanpa ragu raja memberikan jabatan besar yang bersifat bebas, artinya terserah kepada nabi Yusuf as. untuk mengatakannya. Akhirnya nabi Yusuf as. memilih untuk menjadi bendahara kerajaan Mesir.
Jabatan atau kepercayaan yang diberikan oleh raja terhadap Yusuf as., selain kepribadiannya yang arif dan bijak, disisi lain, kepiawaiannya dalam menyingkap sebuah mimpi besar yang dengan tersingkapnya, masyarakat negeri mesir tidak mengalami kelaparan pada musim paceklik selama tujuh tahun.

B.       Peradaban Masa Nabi Yusuf as.
1.         Adanya Ta’wil Mimpi
Mimpi raja yang sangat padat akan teka-teki tersebut, tidak hanya membuat raja risau dan bertanya-tanya, tetapi membuat semua orang yang pandai dalam menyingkap mimpi di istana tersebut menggelengkan kepalanya. Bahkan ada yang menjawab mimpi itu hanyalah bunga tidur sang raja.
Setalah semua ahli mimpi itu dikumpulkan oleh raja, dan semuanya itu tidak mampu menjawab kegelisahan raja atas mimpinya, beberapa hari kemudian nabi Yusuf as. yang dengan kepandaiannya dalam menyingkap mimpi, dia menjelaskan dengan baik arti dari mimpi raja tersebut.
Masa mendekam dalam rumah tahanan, juga digunakan untuk memberikan jawaban atas rasa penasaran dua narapidana yang bermimpi dalam tidurnya. Apa yang nabi Yusuf as. katakan terkait mimpi itu, tidak ada yang meleset sedikitpun.[10]
Pada masa inilah mimpi-mimpi manusia terpetakan dengan baik, maksud yang terkandung dalam setiap bunga tidur itu.
2.         Adanya Rumah Tahanan (rutan)
Nabi Yusuf as. yang mengalami fitnah sehingga ia dihukum untuk berada dibalik jeriji besi (rumah tahanan). Pada masa itu, raja sudah mempersiapkan rumah tahanan bagi para pembangkang dan orang-orang yang berkhianat pada kerajaan.
Rumah tahanan yang saat itu menjadi rutan nabi Yusuf as. merupakan rutan yang bersifat umum.[11] Hal ini nampak sangat berbeda dengan rutan bangsa Indonesia. Pejabat yang tersandung korupsi mendapatkan rutan yang baik dan fasilitas-fasilitas high class. Bagaimana dapat memberikan efek jera terhadap pejabat-pejabat yang lain.
3.         Adanya Swasembada Pangan
Paparan dari nabiyullah Yusuf as. kepada raja atas mimpinya merupakan konsep ketahanan pangan, etos bercocok tanam dan swasembada pangan.[12]
Swasembada pangan jangka panjang yang diterapkan negeri mesir atas komando nabi Yusuf as. membuat negeri Mesir tidak kelaparan saat terjadi paceklik. Bahkan mampu menjul kepada daerah lain.
Tempat nabi Ya’qub as. yaitu Kan’an yang pada saat itu juga mengalami krisis pangan, nabi Ya’qub as. memerintahkan anaknya untuk membeli gandum ke Mesir. Yang akhirnya mempertemukan nabi Yusuf as. kepada 10 saudara-saudaranya yang telah menyakitinya.
Prinsip swasembada pangan, perlu adanya rekonstruksi bagi semua elemen bangsa Indonesia, terutama pemimpin bangsa, agar ketahanan nasional tidak mudah goyah dan gonjang-ganjing, hanya karena nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi.
Swasembada pangan yang sekarang perlu rekonstruksi, nampaknya sudah dipraktikkan oleh nabiyullah Yusuf as.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kisah nabi Yusuf as. dikatakan oleh banyak ulama sebagai ahsan al-qashash. Karena tidak hanya kisahnya yang paling banyak diabadikan dalam al-Quran, tetapi kisahnya itu banyak mengandung hikmah, pesan-pesan moral yang tinggi tentang kesabaran, kesedihan, kasih sayang, bahkan pengorbanan.
Nabi Yusuf as. diuji oleh saudaranya sendiri, dimasukkan dalam sumur, difitnah, bahkan hidup di balik jeriji besi tanpa kesalahan. Itu semua menunjukan kekuatan dan keteguhan iman nabi Yusuf as. kepada Allah swt. Kemudian Allah swt. membalasnya dengan memberikan derajat yang tinggi sebagai bendahara kerajaan Mesir (balasan Allah swt. yang bersifat materi).
Begitu juga setiap manusia, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan derajat yang tinggi (kesuksesan) tanpa merasakan “sakitnya dimusuhi keluarga sendiri, ketakutan dalam sumur, keletihan dalam rumah tahanan.”
Adapun peradaban-peradaban yang berkembang pada masa nabi Yusuf as. ialah:
1.         Banyaknya pena’wil mimpi
2.         Tersedianya  rumah tahanan (rutan) bagi para pelaku ketidakadilan
3.         Sudah teraplikasikannya konsep swasembada pangan

B.     Kritik dan Saran
Dalam kisah nabi Yusuf as. ini kami tidak banyak mengungkap pesan moral atas  kisah cinta antara nabi Yusuf as. dengan Zulaikha, karena dari banyaknya ayat yang berkenaan dengan kisah antara nabi Yusuf as. dan Zulaikha. Untuk membahasnya mungkin membutuhkan waktu tersendiri untuk mengkajinya.
Dengan keterbatasan pembahasan ini, kami menghimbau pembaca untuk merujuk dan mengkaji kitab-kitab yang berbicara tentang sejarah nabi Yusuf as. lebih intensif lagi.
Semua kebenaran dari Allah swt. dan yang salah mutlak dari kelalaian kami. Terimakasih.


DAFTAR PUSTAKA
·         Amuli, Muhammad Ahmad Jadi.  2008. Kumpulan Qisah Dalam al-Quran. Jakarta: Qorina.
·         Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2001. Kenabian Dan Riwayat Para Nabi. Jakarta: Lentera.
·         Bahjat, Ahmad. 2001. Sejarah Nabi-Nabi Allah. Jakarta: Lentera.
·         Qaraati, Mohsen. 2000. Seri Tafsir Untuk Anak Muda. Jakarta: Al-Huda.
·         Qutub, Sayyid. 2003. Fi Zhilalil Quran, Terjemah. Jakarta: Gema Insani Press.
·         Syihab, Muhammad Qurasih. 2005. Tafsir al-Mishbah Vol 6. Ciputat: Lentera Hati.
·         Republika Online, Senin, 3 Februari 2014, 01:51 wib.






[1] Muhammad Ali ash-Shabuni, Kenabian dan Riwayat Para Nabi, 2001. Jakarta: Lentera, hal 310
[2] Muhammad Qurasih Syihab, Tafsir al-Mishbah Vol 6, 2005. Ciputat: Lentera Hati, hal 397
[3] Muhammad Qurasih Syihab, Tafsir al-Mishbah Vol 6, 2005. Ciputat: Lentera Hati, hal 389
[4] Muhammad Ahmad Jadi Amuli, Kumpulan Qisah Dalam al-Quran, 2008. Jakarta: Qorina, hal 119
[5] Mohsen Qaraati, Seri Tafsir Untuk Anak Muda, 2000. Jakarta: Al-Huda, hal 57
[6] Qutifar merupakan perdana menteri negeri Mesir, yang membeli nabi Yusuf as. dengan beberapa dirham untuk dijadikan anak. Qutifar kemudian memberi nama nabi Yusuf as. dengan panggilan Yuzarsif.
[7] Muhammad Ali Ash-Shabuni, Kenabian Dan Riwayat Para Nabi, 2001. Jakarta: Lentera, hal 317
[8] Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi Allah, 2001. Jakarta: Lentera, hal 155
[9] Sayyid Qutub, Fi Zhilalil Quran, Terjemah, 2003. Jakarta: Gema Insani Press, hal 310
[10] Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi Allah, 2001. Jakarta: Lentera, hal 169
[11] Mohsen Qaraati, Seri Tafsir Untuk Anak Muda, 2000. Jakarta: Al-Huda, hal 99
[12] Republika Online, Senin, 3 Februari 2014, 01:51 wib.

1 komentar:

  1. Mengapa potongan surat suci Allah di buat sperti huruf2 yg tak beraturan. Kenapa tidak menggunakan ayat suci Al-quran?

    BalasHapus