WELCOME

WELCOME TO MY BLOG

Sabtu, 14 Maret 2015

RINGKASAN BUKU PENAKLUKAN DALAM ISLAM, Bab 1-3

BAB SATU
MASA RASULULLAH SAW
Sepak terjang Rasulullah saw. dalam memperjuangkan agama Allah swt. tentunya sangat banyak tertulis dalam literatur keislaman. Dalam hal perang, Rasulullah sebagai seorang khalifah, tentunya mempunyai pengaruh besar. Semasa hidupnya, Rasulullah saw. mengikuti peperangan sampai 27 kali perang. Dalam tulisan ini, hanya ingin menjelaskan beberapa dari sekian banyak perang yang diikuti oleh Rasulullah saw.
1.        Perang Badar (17 Ramadhan Tahun 2 Hijriyah)
Perang Badar terjadi antara kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy yang dipimpin oleh Abu Jahal Al-
Hakam bin Hisyam. Abu Sufyan bin Harb juga termasuk tokoh atau pemimpin kafilah kaum kafir Quraisy pada saat itu.

Penyebab terjadinya perang badar ialah lantaran kaum kafir Quraisy yang berlaku semena-mena terhadap kaum muslimin. Tidak sedikit kaum muslimin di penjarakan bahkan disiksa.
Perang Badar berlangsung sengit antara keduanya. Pemimpin besar kaum kafir Quraisy juga mati terbunuh, seperti Abu Jahal, Utbah bin Rabi’ah, Umayyah bin Khalaf dan orang kafir lainnya sejumlah 70 orang.
Usai peperangan, Rasulullah saw. tinggal di Badar selama 3 hari. Kurun waktu itu beliau dan kaum muslimin lainnya juga menguburkan jenazah sahabat/syuhada badar. Sahabat yang gugur hingga 14 orang.
Perang badar termasuk perang pertama yang dimenangi oleh kaum muslimin atas orang-orang musyrik Mekah.
2.        Perang Uhud (Syawal Tahun 3 Hijriyah)
Insiden perang Uhud, muncul tidak lain disebabkan rasa sakit hati kaum kafir yang orang tuanya tewas terbunuh pada perang badar. Dengan kata lain ini merupakan reaksi atas kekalahan yang berada di kubu kaum kafir.
Anak atau keturunan dari kaum kafir itu menghasud masyarakat untuk berada pada zona yang konfrontatif terhadap Rasulullah saw.
Uhud adalah Gunung yang menjadi tempat kediaman Rasulullah saw. dan kaum muslimin lainnya. Rasulullah memilih tempat itu untuk menjadi pusat kekuatan perang kaum muslimin. Rasulullah menata barisan dan strategi perang.
Dalam peperangan ini, Rasulullah saw. merasakan perihnya luka-luka pada bagian kepala, bibir yang pecah, serta gigi geraham beliau retak. Luka yang dialami Rasulullah saw. bukan terjadi karena shahabat membiarkan musuh menyerang Rasulullah saw. tetapi sudah ada terlebih dahulu upaya untuk membela dan melindungi Rasulullah saw. yang dilakukan oleh  Sahal bin Auf dan Mus’ab bin Umar yang kemudian mereka syahid.
Setelah peperangan usai, kaum musyrikin mendengungkan isu bahwa Rasulullah saw. telah terbunuh. Mendengar isu yang dilemparkan itu, Anas bin Nadhar menjadi garang dan ingin mengajak kaum muslimin lainnya untuk segera membalaskan kematian Rasulullah saw. Tetapi itu hanya isu yang dibuat untuk menunjukan bahwa kaum musyrikin yang menang dalam perang Uhud. Sahabat Rasulullah saw yang gugur pada saat itu mencapai 70 orang.
3.        Perang Ahzab (Khandaq)
Perang ini disebabkan oleh hasutan salah seorang pemimpin Yahudi agar memerangi Rasulullah saw di Madinah. Orang Yahudi itu meyakini bahwa agama Quraisy lebih baik dibandingkan dengan agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Usulan dari Salman al-Farisi bahwa pentingnya menggali parit di sekitar Madinah, pasukan musuh tidak bisa menembus Madinah. 10 orang dari kaum muslimin, masing-masing menggali 40 hasta tanah. Dalam hal ini, Rasulullah saw. sampai perutnya penuh debu.
Saat penggalian itu, kaum muslimin menemukan batu besar, yang kemudian dihancurkan oleh Rasulullah saw. dengan semangat takbir dan respon takbir dari kaum muslimin yang lain.
Jumlah pasukan orang-orang Quraisy hingga 10.000 prajurit. Sedangkan pasukan Rasulullah saw. hanya 3.000 orang.
Perang ini telah menelan korban sebanyak 9 orang. 6 orang dari kaum muslimin, sedang sisanya dari kaum musyrikin.
4.        Penaklukan Khaibar (Rabiul Awal Tahun 7 Hijriyah)
Dalam peperangan ini, orang Yahudi Khaibar bersekutu dengan kabilah Ghathafan. Mereka bersekongkol untuk menyerang kediaman Rasulullah saw. di Madinah.
Benteng Yahudi di Khaibar sangat banyak dan kuat. Kaum Muslimin dan Yahudi saling membidikkan anak panah mereka. Dengan strategi yang ada, kaum muslimin berhasil menguasai beberapa benteng Yahudi. Diantaranya benteng Na’im dan Ash-Shab. Rasulullah saw. dan kaum Muslimin berusaha untuk menaklukkan benteng An-Nuthah, karena kabarnya benteng itu penuh dengan senjata, perlengkapan perang dan ketapel besar.
Pada penguasaan benteng lain, yaitu benteng Al-Qamus, Rasulullah saw hendak menyerahkan komando pada sahabat yang dipilihnya. Rasulullah saw. bersabda bahwa sahabat yang dipilihnya itu merupakan sahabat yang mencintai Allah swt. dan Rasul-Nya serta, Allah swt dan Rasul-Nya pun mencintainya.
Mendengar hal itu, tidak sedikit orang yang memperbincangkan siapa sahabat yang akan mendapatkan amanah sebagai komando perang. Keesokan harinya, banyak sahabat yang berkumpul di depan Rasulullah saw. dengan harapan yang tinggi agar dapat dipilih oleh Rasulullah saw. Namun, Rasulullah saw. bertanya, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?” Para sahabat menjawab, “Dia sedang sakit mata ya Rasulullah”. Rasul bersabda, “Datangilah dan bawa dia kemari”. Setibanya Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw langsung menyembuhkan sakit mata yang diderita oleh Ali. Dan menyerahkan bendera komando pada Ali.
Dengan komando dari Ali, satu persatu benteng Khaibar dapat ditaklukkan. Yahudi Khaibar pun langsung menyerah kepada kaum muslimin.
Perang Khaibar menelan korban sebanyak 93 orang. 20 orang dari kaum muslimin, sedangkan sisanya dari Yahudi Khaibar.
Setelah berdamai, Rasulullah saw. sempat akan diracuni makanannya oleh sekelompok perempuan Yahudi, hanya saja Allah swt. menyelamatkan Rasulullah saw. dari niat jahat perempuan Yahudi.
5.        Perang Mu’tah (Jumadil Ula Tahun 8 Hijriyah)
Perang ini lantaran sahabat yang menjadi utusan Nabi untuk memberikan surat kepada Raja Bushra, itu ditahan dan dibunuh. Padahal sudah menjadi tradisi saat itu bahwa orang yang menyampaikan surat itu tidak boleh dibunuh.
Surat Rasulullah saw. berisi niatan baik (berdakwah), tetapi justru mendapatkan respon yang buruk. Akhirnya, Rasulullah saw. mengumpulkan bala tentara kaum muslimin sekitar 3.000 orang untuk meminta hak  atas nyawa sahabat yang dibunuh.
Rasulullah memberikan kepercayaan untuk menjadi panglima perang yaitu, Zaid bin Haritsah. Jika ia terbunuh, maka digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib, apabila ia terbunuh, maka dilanjutkan tampuk panglima oleh Abdullah bin Rawahah.
Medan perang yang bernama Mu’tah telah mengukir nama Zaid bin Haritsah sebagai syuhada, kemudian digantikan oleh Ja’far bin Abi Thalib, juga mati syahid, kemudian komando dipegang oleh Abdullah bin Rawahah yang juga mati syahid. Pada akhirnya, salah seorang dari kaum Anshar yang bernama Khalid al-Walid.
Pasukan muslimin yang mati syahid pada perang ini hanya 15 orang. Dan Kaum muslimin tidak mendapatkan kerugian yang besar atas semangat juang para syuhada Mu’tah.
Setelah itu kaum muslimin kembali ke Madinah dengan komando Khalid al-Walid yang baginya perang Mu’tah merupakan perang yang pertama, karena ia termasuk salah satu sahabat yang baru memeluk agama Islam.
6.        Fathu Makkah, Pembebasan Kota Mekah (20 Ramadhan Tahun 8 Hijriyah)
Penyebab dari perang ini, ialah adanya penghianatan atas perjanjian Hudaibiyah dari kabilah Quraisy. Perseturuan antara Bani Khuzai’ah (dari pihak muslimin) dan Bani Bakar (dari pihak Quraisy. Dalam konflik itu, Kabilah Quraisy membantu Bani Bakar. Dengan bantuannya itu, secara otomatis, Kabilah Quraisy telah melanggar poin perjanjian Hudaibiyah.
Bersama lima ribu orang pasukan dari kaum muslimin, Rasulullah saw. hendak menuju Mekah. Mereka yang juga andil membantu dari kabilah Muzainah diantaranya, Sulaim, Ghifar, Juhainah, Tamim dan Asad. Seiring perjalanan, banyak juga relawan yang bergabung dalam barisan Rasulullah saw. hingga mendekati Mekah kekuatan menjadi 10.000 orang tentara perang.
Sesampainya di Mekah, Rasulullah mengutus kaum Muslimin untuk memperbanyak penerangan mereka di waktu malam hari, agar penduduk Mekah merasa takut, sehingga tidak mau berperang. Saat itu kaum muslimin menyalakan obor sekitar 10.000 pada waktu yang bersamaan.
Keesokan harinya, Abbas dan Abu Sofian mendatangi Rasulullah saw. sambil menyatakan diri untuk memeluk agama Islam.
Rasulullah saw tidak ingin memasuki Mekah dengan adanya pertumpahan darah. Maka Rasulullah saw. mengatur strategi agar kekuatan dibagi menjadi empat bagian yang mengisi empat sudut Mekah. Sesampainya Rasulullah saw di depan pintu ka’bah, kunci pintu itu langsung dibuka oleh penjaga Ka’bah. Di dalam Ka’bah banyak terdapat 360 patung yang kemudian dihancurkan oleh sahabat atas perintah Rasulullah saw. Begitu juga gambar-gambar yang ada, Rasulullah saw langsung memerintahkan agar segera menghapusnya.
Fathu Mekkah merupakan sebab utama yang meluluhlantahkan barisan bangsa Arab yang memerangi Islam. Pada akhirnya Islam sangat diminati dan banyak orang yang menyatakan keislamannya.
7.        Perang Hunain dan Thaif (Syawal Tahun 8 Hijriyah)
Perang ini terjadi di lembah Hunain. Perang ini antara kaum Muslimin dengan orang-orang Hawazin yang dimotori oleh Malik bin ‘Auf. Kaum Muslimin tidak mengetahui bahwa ia sedang diintai oleh orang-orang Hawazin. Meskipun barisan kaum Muslimin jumlahnya cukup banyak, tetapi dalam menghadapi serangan Hawazin, kaum Muslimin tercerai-berai. Terutama labilnya niat perang dari kaum muslimin yang mengikrarkan keislamannya pada waktu Fathu Makkah.
Setelah Rasulullah saw. meminta pamannya Abbas untuk menhimbau dan memberikan semangat kepada kaum Musliminin, seketika itu kaum Muslimin mulai bangkit dan peperangan semakin sengit. Akhirnya perang itu dapat dimenangkan oleh kaum Muslimin.
Setelah Rasulullah saw. melanjutkan perjalanan menuju Tha’if, ternyata kabilah Hawazin masih menaruh dendam dengan mengajak kabilah Tsaqif untuk bersekutu dalam melawan pasukan Rasulullah saw.
Thaif dibentengi dengan pagar yang tinggi. Wilayah dengan pagar tinggi itulah yang menjadi sebab penamaan Thaif.  Benteng kuat itupun didobrak oleh barisan kaum Muslimin. Perang itupun akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslimin.
Dengan kekalahannya, sebagian besar dari penduduk Thaif, menyatakan keislamannya. Sebab keislaman penduduk Thaif, maka semua wilayah yang berada di negeri Hizaz, tunduk dalam pemerintahan Islam.
8.        Perang Tabuk (Rajab Tahun 9 Hijriyah)
Perang tabuk, merupakan perang pertama yang terjadi antara kaum muslimin dengan bangsa Romawi bersama sekutu mereka kaum Nasrani arab pada tahun 8 hijriyah.
Dalam perang ini, tidak sedikit orang-orang munafik yang melakukan kebodohan. Orang-orang munafik ini meminta izin untuk tidak ikut dalam berperang melawan bangsa Romawi. Mereka memberikan alasan-alasan yang subjektif atas ketidakikutsertaannya.
Rasulullah saw. menghimbau para sahabat agar mau menginfakkan hartanya dalam berjuang di perang Tabuk. Sahabat yang berinfak diantaranya Abu Bakar, Umar dan sahabat lainnya. Sedangkan penyumbang terbesar ialah sahabat Utsman bin Affan dengan 1.000 dinar dan 300 unta.
Perang Tabuk merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Rasulullah saw. Usia Rasul pada saat itu sudah lebih dari 60 tahun, tetapi semangatnya masih tinggi dalam memperjuangkan Islam. Kekuatan barisan kaum Muslimin saat itu terdiri dari 30.000 pasukan yang meliputi 10.000 pasukan berkuda.
Rasulullah saw. tinggal di Tabuk selama 10 malam. Selama itu juga Rasulullah saw. mengutus sahabat untuk terus mengintai pergerakan Romawi.
Perang ini juga menjadi saksi atas niat buruk yang dilakukan orang-orang munafik untuk membunuh Rasulullah saw secara diam-diam.
BAB DUA
KHULAFAUR RASYIDIN
MASA KHULAFAUR RASYIDIN
a.        Persia
Penguasaan Persia atas Muslimin, karena kerjaan Persia terlibat perang melawan Romawi. Perang itu berdampak naiknya pajak dari rakyat, sehingga rakyat semakin terdzalimi. Ketidakpuasan rakyat Persia terhadap pemerintahan, menjadi peluang kaum Muslimin untuk menyebarluaskan Islam.
b.        Romawi
Negara yang berada dalam naungan Romawi pada saat itu adalah Mesir, Syam dan Afrika Utara. Semua negara itu telah diterapkan sistem atau hukum militer oleh raja Persia.
Dalam keberagamaannya (Nasrani), telah muncul beberapa sekte. Yang dengan sekte itu mereka saling berselisih satu sama lain. Sekte itu adalah Kristen Koptik dan Kristen Romawi. Perselisihan itu dahsyat mencuak di negara Mesir.
Adanya larangan atas masuknya aliran lain ke negara dan kewajiban upeti atas nama negara, membuat rakyat risau. Pada kondisi itulah Islam masuk ke Persia.
Pertama: Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
1.        Ekspedisi Usamah bin Zaid
Usai mengambil sumpah kepemimpinan, Abu Bakar langsung mengirim pasukan Usamah untuk melakukan ekspedisi. Ekspedisi ini merupakan ekspedisi pertama Islam dalam menaklukan negara di luar kawasan Arab.
Sebelum pasukan Usamah berangkat perang, Abu Bakar memberikan pesan. Adapun pesannya yaitu; “Wahai kalian semua, janganlah kalian berkhianat. Janganlah kalian menyembunyikan harta rampasan perang sebelum dibagikan. Janganlah kalian ingkar janji. Janganlah kalian membunuh anak kecil, orang tua dan perempuan. Janganlah kalian merusak pohon, jangan pula membakarnya. Janganlah kalian tebang pohon yang berbuah. Janganlah kalian sembelih kambing, sapi ataupun unta kecuali untuk bekal makanan. Kalian semua juga akan melewati kaum-kaum yang berada dalam biara-biara Nasrani, biarkanlah mereka, usahlah kalian habiskan tenaga untuk mengurus mereka.
Pasukan Usamaha langsung menyerang beberapa kabilah Arab yang membantu kaum Romawi. Pasukan Islam berhasil dalam ekspedisi itu. Kemudian orang-orang murtad dikeluarkan dari Madinah.
2.        Pertempuran Yamamah ( Tahun 11 Hijriyah)
Pertempuran ini terjadi antara kubu kaum Muslimin dengan kubu Musailamah. Pasukan kaum Muslimin dipimpin oleh para sahabat muhajirin, seperti abuHudzaifah, Zaid bin Khattab, dengan pembawa panji Salim, pelayan Abu Khuzaifah. Adapun pemimpin dari kalangan anshar Tsabit bi Qias bin Asy-Syammas.
Kekuatan Musailamah hanya berjumlah 40-60 orang laki-laki. Tetapi bantuan pasukan sangat banyak dari bani Hanifah. Perang itu terjadi cukup dahsyat. Awalnya kemenangan berada di tangan Bani Hanifah, kemudian dapat diimbangi oleh kaum Muslimin. Kaum muslimin yang gugur pada saat itu tidak sedikit dari kalangan sahabat yang menghafal al-Quran. Dari kubu kaum Muslimin, yang syahid 360 orang Anshar, 300 orang Muhajirin, dan beberapa arab muslim lainnya.
Karena banyaknya sahabat penghafal al-Quran yang gugur, maka kaum muslimin mengambil langkah untuk mengumpulkan al-Quran, menjadi satu mushaf.
3.        Pembebasan Persia dan Irak
Gerakan pembebasan ini dipimpin oleh  Al-Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaibani yang jiga dibantu oleh Khalid bin Walid.
Dengan strateginya, Khalid bin Walid mampu menguasai Irak bagian selatan. Ia mulai menaklukkan desa-desa di sepanjang sungai Eufrat.
Setelah menaklukkan Irak, kaum Muslimin langsung bergegas untuk melawan Persia. Sama halnya, Persia juga sudah mempersiapkan segalanya  dalam menghadapi serangan kaum Muslimin. Maka, terjadilah peristiwa yang dikenal dengan:
4.        Perang Dzatus Salasil (Tahun 12 Hijriyah)
Perang ini terjadi antara kubu Muslimin dengan Persia pada masa awal pembebasan daerah Persia.  Peristiwa ini terjadi di daerah dekat kota Ablah.
Kubu Muslimin dipimpin oleh Khalid bi Walid, sedangkan kubu Persia dipimpin oleh Hurmus. Disebut sebagai Dzatus Salasil, karena orang Persia mengikatkan dirinya dengan rantai agar mereka tidak lari kocar-kacir sehingga tidak bisa meninggalkan komandannya yaitu Hurmus yang sedang duel dengan Khalid bin Walid.
Hurmus terbunuh ditangan Khalid bin Walid yang kemudian disusul kemenangan kubu Muslimin yang mampu mengalahkan Persia.
Mendengar kekalahan kubu Persia, raja Persia langsung mengirim pasukan untuk menyerang kembali kaum Muslimin. Penyerangan itu kemudian terkenal dengan istilah perang al-Midzar, karena terjadi di daerah Al-Midzar.
5.        Perang Al-Waljah, Peristiwa Alis (Tahun 12 Hijriyah)
Raja Persia mulai menyusun rencana perlawanan terhadap pasukan Islam. Ia meminta bantuan kepada Nashrani Arab di kawasan Irak untuk ikut membantu memerangi kaum muslimin, dan mereka menerima permintaan itu. Raja Persia lalu menyiapkan pasukan yang terdiri atas orang-orang Nashrani Arab dan Tentara Persia.
Pasukan muslimin lalu berperang melawan kekuatan besar pasukan Persia, yang dibantu oleh Nashrani Arab dalam sebuah pertempuran yang sengit. Pasukan muslimin berada di bawah komando Khalid bin AlWalid. Meskipun pertempuran berlangsung sangat lama, namun pasukan kaum muslimin berhasil mengalahkan mereka dengan pertolongan Allah. Korban tewas dari pihak musuh sangat banyak, hingga warna air sungai yang mengalir di dekat Al-Waljah berubah menjadi merah, karena banyaknya darah yang tumpah. Perang ini juga disebut dengan perang “Sungai Darah”.
6.        Pembebasan Al-Hirah dan Al-Anbar (Tahun 12 Hijriyah)
Kerajaan Al-Hirah merupakan kerajaan paling besar dan paling terkenal dari semua kerajaan-kerajaan Arab. Pasukan yang ada di Al-Hirah berusaha menghadang perjalanan kaum Muslimin dengan mengalihkan kapal kaum Muslimin yang berjalan di sungai Eufrat. Pasukan yang menghadang kaum Muslimin, seketika ditindak tegas oleh Khalid Al-Walid.
Dengan pengepungan, Al-Hirah dapat ditaklukkan oleh kaum Muslimin. Para penguasa Arab mengirimkan utusan untuk menyatakan kepatuhan terhadap Islam.
Perjalanan terus berlanjut dengan komando dari Khalid Al-Walid. Sampailah kaum Muslimin di kota Al-Anbar. Ternyata masyarakat Al-Anbar sudah mempunyai lubang (parit) di setiap pingir kota.
Dengan kepiawaian Khalid Al-Walid menahan para pemimpin mereka, akhirnya pasukan yang lain tercerai berai. Dengan itu lantas kota Ain at-Tamr juga mampu dikuasai oleh kaum Muslimin.
7.        Pembebasan Daumah Al-Jandal (Tahun 12 Hijriyah)
Pembebasan Daumah Al-Jandal, memakan waktu yang cukup lama. Oleh Khalid Al-Walid, pimpinan Daumah Al-Jandal yaitu Ukaidir bin Abdul Mulk akhirnya dapat ditaklukkan.  Tentara Islam juga berhasil mengalahkan pasukan gabungan antara Persia dan Romawi di sebelah barat Irak. Perang itu berlangsung di daerah yang biasa disebut Al-Furadh (daerah perbatasan antara Irak dan Syam)
8.        Pembebasan Syam (Romawi)
Pembebasan/penaklukan ini dibawah pimpinan Usamah bin Zaid, yang sudah mendapatkan mandat dari Abu Bakar. Pasukan ini merupakan pasukan handal yang sudah dipersiapkan untuk memantau terlebih dahulu, atas “gebrakan” yang dipimpin oleh Khalid Al-Walid menuju Syam. Melihat kekuatan pasukan Romawi, akhirnya Abu Bakar mengatur kembali strategi untuk mengahadapi lawan dengan empat kaveleri, sekaligus empat jenderal yang memimpin.
a.       Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dengan kota tujuan Homs. Dan diminta untuk melewati jalur Tabuk Jabiyah sampai daerah Damaskus.
b.      Yazid bin Abu Sofyan dengan kota tujuan Damaskus, dan diminta melewati daerah Tabuk Balqa’ sampai daerah Damaskus.
c.       Mar bin Al-Ash dengan kota tujuan Palestina, dengan jalur Ailah, Palestina.
d.      Syarhabil bin Hasanah dengan tujuan Yordania, menggunakan jalur Tabuk.
Para pemimpin bergerak sesuai perinta Abu Bakar. sampai semua pasukan yang terbagi itu bersatu lagi untuk menaklukan pasukan musuh.
9.        Perang Yarmuk (Tahun 13 Hijriyah)
Dalam perang ini, yang menjadi pimpinan komando itu bergantian dalam setiap harinya. Adapun hari pertama ialah Khalid Al-walid. Perang ini masih melawan pasukan Romawi.
Pasukan kaum Muslimin dengan penuh percaya diri merasa bahwa ini adalah awal kemenangan mereka. Pasukan Islam menyisakan sedikit ruang di hadapan tentara Romawi, agar tentara Islam bisa lebih leluasa dalam bergerak. Sementara itu, pasukan Romawi mengira bahwa membagi pasukan dalam beberapa kaveleri akan memberikan keuntungan bagi mereka.
Sebelum berperang, sahabat yang hafal Al-Quran langsung membacakan surat Al-Anfal, dan diikuti oleh semua tentara perang kaum Muslimin. Perang terjadi sangat sengit. Sampai tentara Islam gugur hingga 3.000 orang. Dan dari musuh tewa sekitar 100.000 orang.
Pada saat itu, terdengar kabar bahwa Abu Bakar telah meninggal dunia, yang kemudian digantikan oleh Umar bin Khattab.Umar bin Khatab kemudian mengangkat abu Ubaidah untuk menjadi pimpinan perang menggantikan Khalid Al-Walid. Penggantian itu, agar kaum Muslimin tidak selalu bergantung dengan Khalid Al-Walid.
Kedua: Khalifah Umar bin Khattab
1.        Pembebasan Persia
Peralihan tampuk kepemimpinan dalam perang dari Khalid Al-Walid kepada Al-Mutsanna bin Haritsah, Persia menyebarkan fitnah dan provokasi. Persia berusaha mengusir pasukan Islam dari kota-kota di negeri Irak.
Al-Mutsanna kemudian mengirim utusan untuk meminta tambahan personil, guna melanjutkan pembebasan daerah di Irak. Umar segera mengirim pasukan di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Mas’ud At-Tsaqafi. Konfrontasi antara kaum Muslimin dengan Persia dan Nasrani Arab terus terjadi. Dan akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslimin.
2.        Perang Al-Jisr (Jembatan) (Sya’ban Tahun 13 Hijriyah)
Perang ini terjadi di dekat sungai Eufrat, antara kubu Persia yang masih dendam dengan kubu kaum Muslimin. Pasukan Persia berkata kepada kaum Muslimin. “apakah kamk yang akan menyebrang dan menyerang kalian, ataukah kalian yang akan menyebrang dan menghadapi kami?” Tentara Islam memberikan usul kepada Abu Ubaidilah untuk menunggu saja dan membiarkan pasukan musuh menyebrang dan menyerang. Tetapi Abu Ubaidah berkata, “Mereka tidak lebih berani pada kematian daripada kita. Kitalah yang akan menyebrang dan menyerang mereka.
Persia membawa gajah dalam berperang, sehingga tidak sedikit kaum Muslimin yang syahid dalam injakan kaki gajah. Kaum Muslimin terpukul mundur hingga ke jembatan. Samapai di jembatan, kaum Muslimin kembali dikepung oleh tentara Persia.
Perang ini merupakan perang pertama yang dialami kaum Muslimin dengan kekalahan. Jumlah kaum Muslimin yang Syahid dalam perang itu 4.000 orang. Sedangkan dari pihak Persia berjumlah 5.000 orang.
3.        Perang Qadisiyah (Tahun 14 Hijriyah)
Perang Qadisiyah terjadi antara kaum Muslimin melawan pasukan Persia. Kaum Muslimin dipimpin oleh Sa’ad bin Abu Waqqas. Umar juga memerintahkan agar sisa pasukan yang berada dalam pimpinan Al-Mutsanna bisa begabung dengan pasukan Sa’ad.
Sa’ad mendirikan kemah di daerah Al-Qadasiyah. Di daerah itu kaum Muslimin tinggal hampir satu bulan, guna mengumpulkan kekuatan. Pasukan kaum Muslimin terkumpul sekitar 30.000 orang. Sedangkan Persia mempersiapkan pasukannya hingga 120.000 orang, dengan dipimpin oleh seorang jendral yang terkenal yaitu Rustum.
Korban syahid di hari pertama perang berjumlah 500 orang. Hari pertama itu dikenal dengan hari armats.
Dihari ketiga, kaum Muslimin menyerang gajah-gajah dengan melukai belalai dan mata gajah. Sehingga gajah tersebut meninggalkan medan perang. Pimpinan-pimpinan perang musuh telah terbunuh, sehingga kemenangan berada di tangan kaum Muslimin.
4.        Pembebasan Madain (Tahun 14 Hijriyah)
Madain merupakan ibu kota kerajaan persia. “Suatu saat, kaum Muslimin akan menguasai Madain” itulah janji Rasulullah saw., yang diucapkan di depan kaum Muslimin.
Dengan perintah dari Umar bin Khattab, Saad bin AbuWaqas langsung bergerak dari Qadisiyah menuju Madain. Sesampainya di kota Madain, pasukan Muslimin langsung memasuki Istana Putih, tempat Istana Kisra berada. Saad kemudian mengumandangkan Adzan, sebagai bukti kalimat tauhid sudah berada dalam istana itu. Shalat jamaah pun seketika dilakukan kaum Muslimin. Api-api yang menjadi sesembahan orang-orang majusi, telah dipadamkan oleh Saad dan pasukannya.
Perang antara pasukan Madain versus kaum Muslimin, akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslimin. Kemudian kaum Muslimin singgah di Madain selama beberapa bulan, sebelum melanjutkan perjalanan.
Selama di Madain, kaum Muslimin telah menentukan daerah yang akan dikuasai selanjutnya yaitu Kufah dan Bashrah. Sebelum berangkat, telah ditentukan bahwa pemimpin kaum Muslimin saat itu diganti memjadi Salman al-Farisi.
5.        Nahawand (Fathul futuh) (Tahun 21 Hijriyah)
Bashrah dan Kufah sudah dikuasai oleh kaum Muslimin pada tahun 19 hijriyah. Adapun raja Persia, Yuzdajir begitu ketakutan terhadap pergerakan kaum Muslimin. Yuzdajir pun menghimpun pasukan untuk menghalau tentara kaum Muslimin yang berada dalam komando  An-Nu’man bin Muqrin Al-Muzani.
Pimpinan perang yang ditunjuk oleh Umar bi Khattab, yaitu An-Nu’man bin Muqrin Al-Muzani, telah  gugur  di awal pertempuran ini. Tetapi, hal ini tidak menyurutkan semangat pasukan kaum Muslimin. Terbukti dengan menyerahnya pasukan Persia dan mereka ingi berdamai dengan kaum Muslimin.
Berita kesuksesan perang terhadap pembebasan negeri Persia yang terjadi di Nahawand ini telah tersebar luas di banyak daerah. Oleh sebab itu, perang ini disebut sebagai Fathul Futuh (pembuka berbagai kemenangan).
6.        Pembebasan Syam
Dengan perintah sang Khalifah untuk menyerang benteng kota Syam yaitu Damaskus. Pemegang komando atau panglima perang yaitu Abu Ubaidah bin Al-Jarah.
Karena melihat tembok yang mengelilingi Damaskus, serta aliran air yang mengelilinginya, Abu Ubaidah membuat strategi perang dengan membagi pasukan Islam untuk mengelilingi Damaskus. Gempuran terhadap kota Damaskus (tempat para pemimpin Syam) terjadi selama 70 hari. Setelah pintu Damaskus di jebol oleh Khalid Al-Walid, akhirnya  para pemimpin Damaskus menyatakan damai kepada kaum Muslimin.
Damaskus telah dikuasai dan diangkatlah Yazin bin abu Sufyan untuk menjadi Gubernur di kota tersebut.
Usai penaklukan Damaskus, Abu Ubaidah melanjutkan pembebasan ke Romawi yang juga bagian dari daerah Syam. Dalam perang melawan pasukan Romawi, kaum Muslimin membuat jebakan dan berhasil membuat pasukan Romawi terperosok.
7.        Pembebasan Kota Homs dan Qansarin (Tahun 15 Hijriyah)
Pada perang ini, komando masih berada ditangan Abu Ubaidah. Sesampainya di kota Homs, kaum Muslimin berhasil menaklukan pasukan yang telah dikirim oleh kaisar Romawi yang bernama Heraklius. Sebagian pasukan Homs terbunuh, begitu juga para pemimpin-pemimpinnya, sedangkan sisanya ditahan. Akhirnya para penduduk dan penguasa Homs meminta berdamai dengan kaum Muslimin.
Setelah menaklukkan Homs, Abu Ubaidah memerintahkan pasukan yang dipimpin Khalid Al-Walid menuju Qansarin. Hanya dengan retorika dan ketegasan Khalid Al-Walid, penduduk Qasarin pun  meminta berdamai dengan kaum Muslimin dan mereka bersedia untuk membayar pajak.
8.        Pembebasan Palestina dan Baitul Maqdis (Tahun 16 Hijriyah)
Al-Jazirah adalah kawasan yang sangat luas. Sebagian kota-kotanya tunduk kepada persia dan sebagian lainnya ikut Romawi, sedangkan sebagian besar penduduknya beragama Nashrani. Pada tahun 18 Hijriyah Umar Radhiyallahu Anhu mengarahkan Iyadh bin Ghanam yang berada di Syam untuk pergi membebaskan daerah Al-Jazirah.
Pada saat itu ia berhasil membebaskan kota-kota yang berada di daerah itu, baik melalui pemaksaan (perang) atau pu perdamaian. Pada masa akhir kekhalifahan Umar, penduduk Al-Jazirah berusaha membangkang terhadap kekuasaan Islam. Namun Umar berhasil menanggulanginya dengan mengirimkan tentara dibawah pimpinan Umar bi Sa’ad Al-Anshari, Khalid bin Al-Walid, dan Abu Musa bin Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu.
9.        Pembebasan Al-Jazirah (Tahun 18 - 20 Hijriyah)
Al-Jazirah adalah kawasan yang sangat luas. Sebagian kota-kotanya tunduk kepada persia dan sebagian lainnya ikut Romawi, sedangkan sebagian besar penduduknya beragama Nashrani. Pada tahun 18 Hijriyah Umar Radhiyallahu Anhu mengarahkan Iyadh bin Ghanam yang berada di Syam untuk pergi membebaskan daerah Al-Jazirah.
Pada saat itu ia berhasil membebaskan kota-kota yang berada di daerah itu, baik melalui pemaksaan (perang) atau pu perdamaian. Pada masa akhir kekhalifahan Umar, penduduk Al-Jazirah berusaha membangkang terhadap kekuasaan Islam. Namun Umar berhasil menanggulanginya dengan mengirimkan tentara dibawah pimpinan Umar bi Sa’ad Al-Anshari, Khalid bin Al-Walid, dan Abu Musa bin Al-Asy’ari Radhiyallahu Anhu.
10.    Pembebasan Mesir
Pada tahun 18 Hijriyah, tentara Islam tertimpa wabah tha’un amwas (wabah pes). Hampir dua per tiga tentara Islam pada saat itu meninggal dunia. Namun,saat itu tentara islam tidak berdiam diri dari pembebasan daerah lain. Amr bin Ash meminta ijin kepada Umar bin Khaththab untuk melakukan pembebasan terhadap kota Mesir. Dengan menjelaskan beberapa alasan akhirnya Umar bin Khaththab memberikan ijin untuk melakukan pembebasan terhadap Mesir.
Pengepungan tentara Islam masih terus berlangsung, juga perundingan pasukan Islam dan Persia pun dilakukan. Sementara itu, Muquaqis, raja Qiblit di Mesir yang membela Romawi berusaha mengetahui bagaimana keadaan tentara Islam. Setelah ia mengetahui bagaimana keadaan tentara Islam dan kekuatan pasukan yang mereka miliki, Muqauqis tercengan ia merasakan kekuatan tentara Islam dan pertolongan Allah yang selslu menyertai mereka. Oleh sebab itu, Muqauqis berniat melakukan perjanjian damai dan mau membayar pajak kepada Islam. Setelah Benteng tersebut menyerah, Islam mampu mengontrol sejumlah besar daerah mesir, dan menjadi pengadil baik untuk bagian tengah Mesir maupun Selatannya.
11.    Pembebasan Alexandria (tahun 21 Hijriyah)
Alexandria adalah kota Mesir terbesar yang dibentingi di bagian selatannya dan laut di bagian utaranya. Setelah benteng Babilonia berhasil ditaklukan, tentara Islam mulai bergerak menuju Alexandria. Dalam perjalan, mereka dihadang oleh tentara Romawi, namun berkat pertolongan Allah mereka bisa mencampai tembok-tembok Alexandria. Saat itu pengepungan sudah berlangsung selama empat bulan. Selama masa tersebut telah terjadi peperangan antar kedua kubu.
     Setelah kota Alexandria maka sempurnalah tentara Islam menaklukan Mesir, khususnya sebagai daerah di pegunungan maupun di selat. Kemudian, tentara Islam bergerak ke Tripoli dan Barca. Tentara Islam berhasil menaklukan kota-kota tersebut secara damai dan penduduknya membayar pajak. Dan kemudian datanglah perintah Umar agar tentara Islam sebaiknya berdiam diri terlebih dahulu di daerah-daerah Mesir yang telah berhasil ditaklukan sebelumnya.


Ketiga: Khalifah Utsman bin Affan
1.        Pembebasan Afrika (Tahun 27 Hijriyah)
Pada masa awal pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, pasukan Romawi berusaha menghalau tentara Islam yang berrada di Mesir. Pasukan Romawi melakukan penyerangan atas kota Alexandria melalui laut. Akan tetapi tentara Islam tidak tinggal diam. Dibwah pimpinan Amr bin Ash tentara Islam berangkat ke kota Alexandria. Mereka lalu mendobrak dengan kekuatannya dan berhasil mengatur kembali kota Alexandria dan menjadikan kota tersebut sebagai pangkalan untuk melakukan pembebasan daerah-daerah di Utara afrika.
Lalu Abdullah bin Zubair meminta kepada Abdullah bin Sa’ad untuk membagi pasukan menjadi dua kelompok. Usul tersebut berhasil. Abdullah bin Zubair berhasil membunuh pemimpin pasukan Romawi, Gregori, sehingga pasukan Romawi pun berlarian. Begitu pula dengan para pemimpin kota-kota yang menyaksikan kemenangan Islam mereka bersedia membayar pajak. Tentara Islam menjadi pengatur sebagian besar daerah Afrika Utara, khususnya daerah yang sekarang dikenal dengan Libya.
2.        Negeri Nuba (Tahun 33 Hijriyah)
Pada masa kekhalifaan Umar bin Khaththab, pasukan Islam telah berusaha melakukan perluasan ke selatan, daerah Nuba, di bawah pimpinan Amr bin Ash Radhiallahu Anhu. Namun mereka gagal dan tidak melanjutkan misi tersebut. Hingga ketika penguasaan Mesir dilimpahkan kepada Abdullah bin Sa’ad Abu As-Sarh, pada tahun 33 Hiriyah, tentara Islam bergerak maju ke daerah Nuba, dan berperang melawan penduduk tersebut hingga merek akhirnya menandatangani perjanjian damai dengan tentara Islam di mana penduduk Nuba akan membaya pajaknya kepada Islam setiap tahun. Perjanjian tersebut terus berlangsung selama hampir enam puluh tahun, hingga penduduk Nuba akhirnya memeluk agama Islam dan pajak pun dihilangkan.
3.        Pembebasan Armenia (tahun 29 Hijriyah)
Utsman bin Affan Radhiallahu Anhu mengirimkan perintah kepada gubernurnya di Syam, Muawiyah bin Abu Sufyan, untuk mengutus Habib bin Maslamah Al-Fihri bersama pasukannya melakukan penaklukan di Armenia. Saat itu penduduk Armenia mendapat bantuan dari Romawi dan juga dari negeri-negeri lain utnuk melawan Islam. Habib terdesak dengan kondisi tersebut, dia meminta bantuan kepada Muawiyah dan juga Khalifah Utsman. Sebelum bala bantuan datang, habib ternyata berhasil mengagetkan pasukan Arman dan Romawi dan membunuh pemimpin mereka.
Setelah bala bantuan datang, pasukan kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Sebagian kelompok melakukan penaklukan di bagian timur Armenia. Dan sebagian lagi di bagian barat Armenia. Sehingga tentara Islam berhasil menyempurnakan penaklukan atas Armenia.
4.        Penaklukan Lewat Laut
Sebelumnya tidak ada pimpinan Arab yang memiliki pengalaman melakukan penaklukan daerah melalui laut dan kapal, jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa tetangga seperti Persia dan Romawi. Romawi telah berkali-kali memanfaatkan laut untuk menyerang kaum muslimin baik di Mesir maupun di Syam, terutama di daerah-daerah pantai.
Setelah melakukan penelitian yang dalam antara khalifah Utsman dan para pemimpin di Syam dan Mesir, diputuskan agar tentara Islam membuat kapal di dua daerah tersebut. Pada akhirnya, kapal-kapal tentara Islam pun telah siap di pantai-pantai Syam dan Alexandria, hingga terbentuklah armada laut Islam.
5.        Pembebasan Siprus (Tahun 27 Hijriyah)
Setelah armada perang di Syam dirasa sudah cukup sempurna, gubernur Syam, Muawiyah bin Abu Sufyan meminta ijin kepada khalifah Utsman untuk melakukan penaklukan Siprus. Utsman menyetujui dengan syarat Muawiyah sendiri yangmemimpin perang dengan membawa keluarganya, dan tidak memaksakan seorangpun untuk menaiki kapal. Ada beberapa sahabat nabi yang dengan suka rela ikut dalam misi ini, diantaranya adalah Abu Dzar Al-Gifari, Abu Ad-Darda, Syaddad bin Aus, Ubadah bin Ash-Shamit dan istrinya, Ummu Haran binti Malhan Radhiallahu Anhum.
Dengan Armadanya Muawiyah berangkat pada tahun 27 Hijriyah. Sesampainya di Siprus, penduduk daerah tersebut meminta perdamaian dan mau membayar pajak. Muawiyah setuju dengan syarat mereka harus membantu Islam dan tidak membantu Romawi lagi. Akan tetapi, penduduk Siprus membantu Romawi dengan menceritakan kekurangan tentara Islam. Oleh sebab itu, pada tahun 33 Hijriyah, Muawiyah dengan armada yang sangat besar menyerang mereka lagi dan menakukannya dengan keras.
6.        Perang Dzatush shawari (tahun 31 Hijriyah)
Pasukan Romawi berusah membalas dendam atas kekalahan mereka yang berulang-ulang di hadapan tentara Islam. Di lain pihak, armada Islam telah siap untuk menerima serangan seperti itu. Bergeraklah secara serentak armada perang Islam dari Syam di bawah pimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan Radhiallahu Anhu, dan aramada perang Mesir yang dipimpin oleh Abdullah bin Sa'an bi Abu As-Sarh. Armada perang Islam dan Romawi pun bertemu di laut tengah di zona yang terletak di utara kota Alexandria dan sebelah barat Syam.
Perang pun dimulai dengan pelemparan para pemanah yang silih berganti, berganti dengan pelemparan batu, setelah itu, tentara Islam memutuskan untuk mendekatkan kapal perangnya dengan kapal perang Romawi, sehingga mereka bisa berhadapan langsung dengan pasukan Romawi dengan menggunakan pedang dan lembing.
Perang terus berlangsung semakin sengit, hingga pertolongan Allah pun datang menghampiri kubu kaum muslimin. Adapun hasil dari perang ini adalah, mendominasinya aramada perang Islam seperti Dominasi Kavaleri Islam di daratan, lautan Romawi kini menjadi milik Islam, kapal perang Islam menjadi bertambah dengan adanya kapal-kapal rampasan perang.
7.        Pembukaan Daerah Timur dan Penghancuran Kerajaan Persia
Pembebasan yang dilakukan oleh tentara Islam di daerah sepanjang kekhalifahan Utsman bermula dari Kufah dan Bashrah. Setiap daerah memiliki pasukan dan pemimpin tersendiri.  Setelah Al-Walid bin Uqbah turun dan menunjuk Said bin Al-Ash sebagai penggantinya, penduduk Kufah dipimpin oleh Said bin Ash. Tentara Kufah di bawah pimpinan Said bin Ash berangkat untuk berperang. Dalam perang tersebut dia ditemani oleh Al-Hasan daan Al-Husain anak dari Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Zubair, dan Abdullah bin Umar. Dari Khurasan, tentara Kufah bergerak menuju gorgan dan memaksa pendudk kota itu untuk membayar pajak. Dari Bashrah juga terjadi pergerakan tentara Islam menuju arah Tinmur di bawah pimpinan Abu Musa Al-Asy'ari.
Pada tahun 29 Hijriyah, Utsma mengangkat seorang pemimpin muda, Abdullah bin Amim bin Kuraiz, sebagai gubernur Bashrah. Di bawah pimpinan Abdullah bin Amir, pasukan Islam berhasil menguasai kota Maru, Sarkhas, dan Kabul pada tahun 31 Hijriyah. Abdullah bin Amir mengirim Al-Ahnaf bin Qais ke Balkha pada tahun 31 H, dan dia berhasil menaklukannya. Akan tetapi Al-Ahnaf tidak berhasil menaklukan kota Khawarizmi.
Keempat: Khalifah ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah setelah Utsman bin Affan meninggal dunia. Masa pemerintahan Ali berlangsung selama empat tahun lebih beberapa bulan. Pada masa ini penaklukan tampak seperti terputus, hal ini karena muncul fitnah-fitnah di sejumlah daerah Islam. Meskipun demikian, Ali bin Abi Thalib tetap berusaha menjaga daerah-daerah yang telah ditaklukan. Terutama Persia yang penduduknya berusaha memberontak lebih dari sekali. Ali dan gubernur-gubernurnya kemudian menimpakan hukuman kepada setiap pemberontak. Ia juga melakukan pelestarian agar daerah-daerah tersebut tetap berada dalam kekuatan Islam. Beberapa pejuang pada masa ini ada juga yang tetap melakukan perluasan ke daerak Sind. Mereka berhasil menaklukan beberapa daerah, tetapi karena banyaknya musuh menjadikan mereka tidak berhasil memasukan daerah-daerah tersebut dalam kekuasaan Islam.
BAB TIGA
DINASTI UMAWIYAH
1.        Penaklukan di Wilayah Romawi
Muawiyah bin Abu Sufyan merupakan seorang sahabat yang telah berpengalaman dalam memerangi Romawi. Ketika menjadi khlifah, ia pun melanjutkan serangan-serangan yang telah dimulai sebelumnya terhadap wilayah perbatasan Romawi. Pada tahun 48 Hijriyah, Muawiyah bin Abu Sufyan menyiapkan sebuah pasukan besar, baik melalui darat maupun laut, untuk menaklukan Kontantinopel. Namun, pada  akhirnya, kaum muslimin tidak berhasil menembus benteng Konstantinopel karena beberapa sebab, yaitu:
        Pertama: Cuaca yang sangat dingin dan masa pengepungan yang terlalu lama.
        Kedua: Kokohnya tembok dan benteng kota Konstantinopel.
        Ketiga: Pasukan Romawi menggunakan senjata peluntar api buatan Yunani yang digunakn untuk membakar kapal-kapal kaum muslimin.
Semua fakto ini membuat kaum muslimin tidak mempunyai pilihan lain kecuali mundur dan menghentikan pengepungan. Selama pengepunyan itu, Abu Ayyub Al-Anshari gugur sebagai syahid dan dimakamkan di dekar Konstantinopel.
Pasca wafatnya Muawiyah, kondisi dinasti Umawiyah menjadi tidak staabil, dan perpengaruh pada bentuk hubungan mereka dengan Romawi, sehingga serangan-serangan dari pasukan kaum muslimin terhadap Romawi pun menjadi berkurang. Namun ketika kondisi negara kembali stabil pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan pada tahun 73 H, ia kembali mulai mengirimkan pasukan musim panas dan pasukan musim dingin ke Asia kecil, dan banyak melancarkan serangan ke Romawi sehingga melemahkan kekuatan mereka.
2.        Berbagai Penaklukan di Wilayah Timur
Terhitung sejak masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan Radihallahu Anhu, dinasti Umawiyah telah mulai melakukan berbagai penaklukan di wilayah timur, penaklukan terpenting pada masa itu dilakukan oleh para gubernur Irak dalam penaklukan Persia, Khurasan dan Sijistan, di mana para penduduknya berusaha memberontak kepada kaum muslimin dan menolak membayar Jizyah.
Pada tahun 93 H, Qutaibah menyerang wilayah-wilayah Khawarizmi yang berada di mulut sungai Jaihun, dan dekat dari danau Khawarizmi. Ia berhasil menaklukannya dan memasukannya ke dalam wilayah kekuasaan pemerintahan dinasti Umawiyah. Pada tahun 94 H, Qutaibah menyerang negeri Syas dan Farghanah Ia berhasil merebut sejumlah kota, hingga akhirnya pada tahun 96 H ia sampai di wilayah perbatasn China. Hingga akhirnya Qutaibah berhasil bernegosiasi dan membuat sang raja mau membayar Jizyah kepadanya.
     Dari uraian di atas, jelaslah bagi kita bahwa Qutaibah bin Muslim merupakan tokoh sentral yang paling berperan dalam menaklukan negeri-negeri yang berada di seberang sungai. Ia berhasil membentangkan sayap kekuasaan Islam hingga sampai ke perbatasan China.
3.        Penaklukan Sind
Penaklukan pertama di negeri Sind telah dimulai sejak masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan, di mana sebagian dari pasukan Bashrah yang dipimpin oleh Muhalab bin Abu Shufrah, pada tahun 44 H, melakukan serangan terhadap wilayah perbatasan negeri Sind. Saat itu, ia berhasil menaklukan kota Makran, Kisy, Qishdar , dan lainnya. Namun secara administratif wilayah-wilayah tersebut belum dimasukan ke dalam pemerintahan Umayah.
     Ketika Sulaiman bin Abduk Malik dibai'at menjadi khalifah pada tahun 96 H, ia menggantikan Muhammad biin Al-Qasim dari kepemimpinannya di wilayah Sind. Meskipun demikian, kaum muslimin tetap menjadikannya sebagai titik tolak untuk melancarkan serangan ke wilayah India beberapa kali pada masa pemerintahan dinasti Umawiyah.
4.        Penaklukan Wilayah Afrika Utara
Setelah keadaan mereda dan pemerintahan sepenuhnya dikuasai oleh Muawiyah bin Abu Sufyan, ia mangirimkan surat kepada gubernurnya di Mesir, Amr bin Ash, dan memerintahkannya untuk mengirimkan pasukan guna menuntaskan penaklukan Islam di wilayah Afrika utara. Pada tahun 41 Hijriyahpasukan pertama berangkat dipimpin oleh Uqbah bin Nafi. Ekspedisi pertama ini berlangsung hingga tahun 45 H. kenudian gerakn tersebut dipimpin oleh Muawiyah bin Khudaij As-Sukuni yang menjadikan kota Burqah segabai markas pasukan Islam. Dan Abdullah bin Zubair dan Abdul Malik bin Marwan juga ikut bergabung.
Setibanya Qairawan, Uqbah menata ulang pemerintahannya dan kemudian segara menunjuk seorang pangganti yang akan mengemban tugas-tugasnya. Ia pun berangkat bersama pasukan kaum muslimin hingga berhasil merebut kota Bijayah, Qisanthinah, Tilmisan, dan Taharat. Uqbah juga mengirimkan ekspedisi militernya ke wilayah Sus yang terletak di pedalaman Maroko.  Ia juga berpikir untuk menyeberang ke arah utara menuju ke Andalus, namun ia memutuskan untuk kembali ke Qairawan untuk sementara waktu. Kasilah memanfaatkan saat-saat Uqbah terpisah dari pasukannya untuk membunuhnya. Dan Uqbah pun gugur sebagai syahid pada tahun 63 H.
Wafatnya Uqbah mengakibatkan banyaknya kemurtadhan dari Islam, dan menyulut pemberontakan, sehingga kondisi kaum muslimin terpaksa meninggalkan afrika utara. 
Setelah sintuasi di Afrika berjalan dengan baik, Hassan bin An-Nu'man dicopot dari kedudukannya pada yahun 89 H, dan ia digantikan oleh Musa bin Nusair dengan perintah langsung dari Umawiyah Al-Walid bin Abdul Malik. Situasi di wilayah itu menjadi terkendali dan stabil pada masa Musa bin Nusair, sehingga kaum muslim di sana, baik orang-orang Arab, maupun Barbar, berkeinginan membuka wilayah-wilayah baru.
5.        Penaklukan Andalusia (Tahun 92 Hijriyah)
Penaklukan Andalusia dianggap sebagi sebuah perluasan dari gerakan penaklukan Islam secara umum yang pada awalnya didasari oelh keinginan untuk menyebarkan agama Islam dan menyampaikannya keseluruh manusia. Musa bin Nusair, gubernur Afrika pada masa itu, juga telah mulai berpikir secara teknis tentang penaklukan Andalusia. Untuk itulah pada tahun 91 H ia mengirimkan sebuah pasukan kecil yang beranggotakan 500 prajurit yang dipimpin oleh Thariq bin Malik untuk menyeberang menuju Andalusia. Pasukan kecil ini berhasil memukul beberapa wilayah di selatan Andalusia dan kemudian kembali dengan selamat dan membawa banyak harta rampasan perang. Melihat hasil tersebut Musa mulai menyiapkan pasuakan yang lebih besar untuk melaksanakan penaklukan.
6.        Pasukan Thariq bin Ziyad
Thariq bin Ziyad adalah seorang pemimpin bangsa Barbar yang dipercaya oleh Musa bin Nushair untuk mengatur wilayah Afrika Utara. Musa menunjuknya untuk memimpin sebuah serangan militer yang terdiri dari dua belas ribu prajurit untuk menuntaskan penaklukan Andalusia. Pada waktu itu, raja Spanyol (Roderick) telah bergerak menuju selatan dengan memimpin pasukan yang berjumlah seratus ribu prajurit. Pasukan besar ini bertemu dengan kaum muslimin yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad.
7.        Pertempuran di Lembah Lekkah (Syadzunah) (28 Ramadhan Tahun 92 Hijriyah)
Sebagian besar pasukan Thariq bin Ziyad berasal dari bangsa Barbar, dan hanya tiga ratus orang yang berasal dari bangsa Arab. Raja Spanyol Roderick mengirimkan seorang mata-mata untuk menyusup kedalam barisan kaum muslimin.
Kedua pasukan itu bertemu di lembah Lekkah di dekat Syadzunah, yang berada di barat daya Andalusia. Pertempuran dimulai pada hari Ahad 28 Ramadhan 92 H, dan berlangsung selam 8 hari. Dalam perang ini tiga ribu orang prajurit gugur sebagai Syahid. Thariq bin Ziyad saat mewakili perasaan pasukan mujahidin yang bertempur pada saat itu berkata, “dan tidaklah mempedulikan bagaimana jiwa-jiwa kami akan keluar, selama kami berhasil mendapatkan apa yang sepadaan dengan itu
Dalam pertempuran ini, ada beberapa keunggulan untuk kaum muslimin yaitu: Akidah yang kuat, cinta kematian, keinginan untuk mendapatkan Syahid, hubungan yang kuat antar individu pasukan, keteguhan, dan kesiapan mereka untuk menyiapkan semua kekuatan materi. Salah satu hsil yang didapat kaum muslimin dari perang ini adalah terbukannya jalan bgi mereka untuk menundukkan wilayah Andalusia lainnya dan menyebarkan agama Islam di sana.
Thariq tidak puas dengan kemenangan ini, karena ia terus bergerak untuk manklukan kota-kota Spanyol lainnya, meski ia menghadapi perlawanan yang keras dari kota-kota tersebut. Saat itu Thariq mengirimkan surat kepada Musa bin Nusair  untuk memberitahu tentang informasi terbaru dari penaklukannya. Dan Musa pun memutuskan untuk ikut serta dalam penaklukan tersebut.
8.        Pasukan Musa bin Nushair
Musa bin Nushair menunjuk salah seorang pembantunya untuk menggantikan posisinya dalam memimpin Afrika. Lalu ia menyeberang ke Andalusia dengan membawa sepuluh ribu orang prajurit. Ia juga mengirimkan beberapa utusan kepada Thariq agar tidak terburu-buru melakukan penaklukan, karena di sepanjang jalan menuju ke tmpat Thariq banyak kota-kota yang kembali memberontak. Hingga akhirnya keduanya bertemu di Toledo. Lalu kedua orang tersebut membicarakan rencana selanjutnya. Kedua pemimpin itu meneruskan pnaklukan mereka di wilayah utara Spanyol, di mana kota-kota yang terletak di sana mulai jatuh satu persatu, di antaranya adalah Zaragoza, Syaqqah, dan Laredo di bagian utara, hingga kaum muslimin tiba di pegunungan Pyrenees di utara Andalusia yang juga berbatasan denga wilayah selatan Prancis.
Kemudian Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad terpaksa harus meninggalkan Andalusia menuju Syam pada tahun 95 H, karena permintaan langsung dari khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Sebelum pergi Musa menugaskan putranya Abdul Aziz untuk memimpin Andalusia.
9.        Bilath Asy-Syuhada’ (Tahun 114 Hijriyah)
Kaum muslimin meneruskan usaha mereka dalam mengatur berbagai urusan pemerintahan di Andalusia. Dan telah terjadi beberapa pergantian pimpinan di Andalusia, di mana banyak di antara pemimpin itu menginginkan untuk melanjutkan gerakan jihad dan penaklukan di wilayah-wilayah baru. Dan salah astu pemimpin Andalusia yang cukup dikenal adalah As-Samah bin Malik Al-Khaulani, yang pada tahun 102 H menyiapkan pasukan besar yang terdiri dari kaum mujahidin. Dan bersama pasukannya, ia melintasi pegununga pyrenees untuk menaklukan wilayah barat daya Prancis yang lebih dikenal dengan nama Franka dan Ghal.
     Setelah kematian As-Samah, kepemimpinan Andalusia dipegang oleh Anbasah bin Suhaim Al-Kalbi yang melanjutkan langkah para pendahulunya untuk berjihad di seluruh wilayah itu hingga akhirnya ia gugur sebagai syahid dalam sebuah peperangan pada tahun 107 H.
     Lalu Andalusia mengalami masa-masa di mana tidak ada pemimpin yang pasti hingga tahun 112 H saat Abdurrahman Al-Ghafiqi menjadi gubernur di Andalusia. Al-Ghafiqi dikenal karena sifatnya yang wara', bertaqwa, shalih, dan memiliki iman yang kuat. Dia menyiapkan sebuah pasukan besar untuk berjihad di balik pegunungan Pyrenees di selatan Prancis.

     Dalam sejarah Islam masa dinasti Umawiyah dianggap sebagai masa yang dihiasi dengan banyak penaklukan penting. Dan masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik dianggap sebagai periode emas bagi gerakan penaklukan di masa dinasti Umawiyah.

5 komentar: