WELCOME

WELCOME TO MY BLOG

Jumat, 06 November 2015

PERSEPSI DAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

  I.              PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Salah satu syarat pembentukan sebuah organisasi ialah adanya AD ART organisasi. Yang tertulis dalam AD ART itu diantaranya poin visi, misi dan tujuan atas terbentuknya organisasi.
Rumusan atas visi, misi dan tujuan, tergantung dari pandangan konseptor, pengalaman pejabat teras atau para penggerak organisasi. Oleh karena itu, hal yang sangat mendasar ialah konseptor atau pejabat teras yang mumpuni dalam berpikir dan menginterpretasikan pemikiran itu dengan baik, akan menentukan progres organisasi ke depan. Dengan kata lain, persepsi seorang konseptor, mempengaruhi rumusan visi, misi dan tujuan organisasi.
Organisasi tidak bisa bergerak apabila hanya dihuni oleh seorang konseptor atau seorang pemimpin, tetapi adanya kehadiran, peran anggota atau pengurus lainnya, yang mereka solid dan koperatif satu dengan yang lainnya.
Upaya harmonis dan penyamaan persepsi terhadap lajunya organisasi, meniscayakan adanya media penghubung antara pemimpin dengan pengurus atau dengan anggota. Media tersebut ialah adanya komunikasi yang baik dan efektif.
Upaya untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang persepsi dan komunikasi dalam organisasi, berikut kami paparkan dalam tulisan ini!


B.       Tujuan
1.      Mengetahui konsep dasar dari persepsi dan komunikasi.
2.      Mengetahui persepsi dan komunikasi dalam organisasi.






  II.              PEMBAHASAN
A.      Persepsi dan Komunikasi
Pengertian dari organisasi, sudah dijelaskan pada makalah-makalah sebelumnya. Jadi tinggal pengertian dari persepsi dan komunikasi yang perlu dibahas dalam materi ini.
1.         Pengertian, Syarat dan Penyebab Kesalahan Persepsi
a.         Pengertian Persepsi
Berikut pengertian persepsi yang bisa menjadi pijakan dasar yaitu: Pertama, persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu.[1] Kedua, persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dalam menginterpretasikan atau menyimpulkan pesan atau informasi.[2]  Ketiga, persepsi itu proses yang dilakukan individu dalam mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungannya.[3]
Dari definisi diatas, maka persepsi adalah daya tangkap seseorang dalam menafsirkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya.
b.        Syarat Persepsi
Persepsi bisa terjadi apabila syaratnya terpenuhi, yaitu:
1)        Adanya objek, yaitu pengindraan terhadap objek yang pengindraan tersebut sebelumnya mendapatkan stimulus dari luar dan dalam individu, langsung mengenai saraf sensoris yang bekerja sebagai reseptor.
2)        Adanya pemusatan perhatian sebagai langkah pertama untuk membangun persepsi.
3)        Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus.
4)        Adanya saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran). Proses lanjutannya, dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respon.[4]  
c.         Penyebab Kesalahan Persepsi
Ketika seseorang melihat sebuah target, dan berusaha untuk memberikan persepsi atau penafsiran, maka persepsi itu sangat dipengaruhi oleh faktor penyebab yang disebut dengan faktor pribadi, faktor dari target yang dilihatnya, serta faktor situasi dan kondisi.[5]
Faktor-faktor penyebabnya meliputi:
1)        Faktor pribadi yaitu sikap, motif, minat, pengalaman-pengalaman dan ekspektasi. Contohnya ketika di sekolah pedesaan, seorang guru (informator) memberikan intruksi kepada muridnya yaitu Ali Akbar, Syarif dan Slamet Sohidin agar menggambar alat transfortasi. Seketika, Ali Akbar yang tidak pernah ke luar kota, persepsinya langsung mengarah pada sepeda dan perahu sampan. Kemudian Syarif, karena dia mempunyai pengalaman pernah naik mobil, maka persepsi alat transportasi yang akan digambarnya ialah sepeda, perahu sampan dan mobil. Sedangkan Slamet Sohidin yang sudah pernah pengalaman menginjakan kaki di Jakarta, maka persepsinya tidak hanya 3 alat transportasi tersebut, tetapi dia juga akan menggambar kereta dan pesawat.
Jadi, alat transportasi itu memberikan tiga persepsi yang berbeda atas tiga orang berdasarkan pengalamannya.
2)        Faktor target yaitu sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang, kedekatan, kemiripan. Sebagai contoh, melihat Ibu Istiqamah yang sedang termenung menangis (suaranya di-silent) bisa jadi dipersepsi bahwa Ibu Istiqamah sedang bersedih. Tetapi apabila suaranya tidak di-silent, dan ibu Istikomah dalam renungannya berkata dalam hati, “Alhamdulillah, akhirnya Pak Syarif melamar diriku”. Karena suaranya ada, maka upaya memberikan persepsinya tidak susah, dan bisa dipastikan menangisnya karena bahagia. Tidak atau jelasnya dipengaruhi oleh suara.
3)        Faktor situasi yaitu waktu dan tempat (keadaan). Contoh singkat, kondisi seseorang yang mengantuk tentunya akan mempengaruhi persepsi terhadap apa yang dirasakannya.

2.         Pengertian dan Model Komunikasi
a.         Pengertian Komunikasi
Komunikasi ditinjau dari sisi etimologinya berasal dari bahasa inggris yaitu communication, sedangakan secara terminologi, komunikasi berarti proses mengirim dan menerima pesan.[6] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[7]
Dalam pengertian lain komunikasi merupakan penyampaian informasi dari seorang informator kepada penerima informasi dan informasi itu dapat difahami oleh si penerima.[8] Pelaku komunikasi minimal ada 2 orang yaitu pemberi dan penerima informasi. Informasi berlangsung melalui media atau saluran (Channel). Dalam proses penyampaian informasi, biasanya terjadi gangguan pada salurannya yang sering disebut “noise”. Apabila tidak ada noise, penerima informasi biasanya akan mendapatkan pengaruh pada dirinya.
b.        Model Komunikasi
Komunikasi memiliki dua model yaitu model linier dan model interaktif.
1)        Komunikasi model linier ialah komunikasi satu arah. Untuk lebih memudahkan, silahkan perhatikan gambar berikut!

Rounded Rectangle: Informator
 




Komunikasi ini cenderung menempatkan para simpatisan komunikasi pada posisi yang tidak sejajar serta memberikan penjelasan yang terbatas.
2)        Komunikasi model interaksi, model ini oleh para peneliti dibagi lagi menjadi tiga bentuk. Bentuk lingkaran tumpang tindih, zigzag dan heliks.
a)         Lingkaran tumpang tindih, tidak dibedakan siapa pengirim pesan dan siapa penerimanya, karena mereka semua adalah partisipan. Manakala pengalaman partisipan banyak persamaannya, maka daerah tumpang tindih akan semakin besar, yang berarti bahwa derajat pemahaman satu sama lain terhadap sesuatu semakin besar.
Oval: A
Oval:          B




b)        Zigzag, setiap partisipan komunikasi memerlukan waktu untuk meyakinkan diri, bahwa partisipan yang lain memahami apa yang mereka maksudkan.
 



c)         Heliks, partisipan komunikasi mempunyai kecendrungan untuk bergerak menuju satu arah bersama dalam arti memahami pesan masing-masing.
Description: C:\Users\Suprihatin\Downloads\Heliks.jpg




B.       Persepsi dan Komunikasi Dalam Organisasi
1.         Persepsi dalam Organisasi
Persepsi satu orang dalam memandang organisasi yang didudukinya, sangat  menentukan laju dari organisasi tersebut. Karena individu yang mempunyai persepsi itu merupakan penggerak dari organisasi tersebut.
Persepsi dalam organisasi merupakan daya tangkap seorang anggota atau pemimpin terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya ketika organisasi tersebut berjalan. Sebagai contoh atau aplikasinya, jika ketua organisasi atau Ketua Umum mengatakan kepada kader atau anggotanya,  “Kita harus kerja keras agar organisasi ini menjadi organisasi yang diperhitungkan!”. Kemudian para kader mempersepsi kalimat itu dengan berbagai ungkapan, kader 1 persepsinya, “Berarti saya harus meningkatkan kinerja”, kader 2, “Mulai detik ini, saya harus memutuskan untuk mengurangi jadwal shooting saya”, kader 3, “Hai Ketum, ente berani gaji ane barapa untuk kerja keras?”.
Kata kerja keras, dipersepsi oleh tiga kader tersebut dengan beragam pengertian. Ada yang mempersepsinya dengan peningkatan kinerja, pengurangan jadwal dan ada juga kader yang mempersepsinya dengan sebuah pertanyaan yang bersifat finansial.
Lantas dalam sebuah organisasi, langkah apa saja yang harus dilakukan upaya menyamakan persepsi. Hal tersebut ialah banyak melakukan diskusi, dan jajak pendapat. Rapat atau pertemuan yang rutin, merupakan upaya efektif dalam menyamakan persepsi.[9]
Mempertahankan organisasi, tidak lebih mudah dibandingkan dengan membangun organisasi. Dalam prosesnya, mempertahankan organisasi perlu adanya persatuan, kekompakan dan sikap besar hati. Demikian halnya dengan persepsi. Banyak kepala, pasti banyak pola persepsi yang berkembang dalam tubuh organisasi. Tidak ada manajemen dalam penyamaan atau menyatukan persepsi, maka yang ada hanya perdebatan, kemudian pertengkaran, yang bertengkar akhirnya malas untuk bertemu dalam organisasi, organisasi bisa menjadi vakum, atau bahkan hancur.

2.         Komunikasi dalam Organisasi
Kinerja Organisasi akan berjalan efektif  apabila 3 proses ini berjalan dengan baik. Yaitu proses komunikasi, proses pengambilan keputusan dan proses kepemimpinan.[10]
Organisasi akan berjalan dengan baik, apabila ada kemampuan manajemen komunikasi yang baik. Baik dari sisi menerima, mengirim dan menindaklanjuti informasi. Jadi, dari syarat efektifitas sebuah kinerja organisasi, komunikasi merupakan poin yang juga menentukan.
Komunikasi itu sendiri pun, akan berjalan dengan efektif, apabila sudah memperhatikan kaidah-kaidah dalam komunikasi.
Seorang pemimpin organisasi yang mencoba menyampaikan visi-misinya kepada pengurus atau anggotanya, hendaknya memperhatikan 5 kaidah komunikasi efektif, yaitu kaidah REACH. Secara harfiah kata REACH ini memiliki arti mencapai, menjangkau atau meraih. Kemudian secara prinsipnya, komunikasi memang harus meraih perhatian, minat, tanggapan, kepedulian dan respon positif dari teman komunikasi. Apa yang dimaksud dengan kaidah REACH ini, berikut penjelasannya.
a.         Respect (hormat)
Pada dasarnya, seorang anggota organisasi yang menyadari posisinya berada di bawah ketua, memiliki perasaan yang sama yaitu ingin dihargai dan dihormati. Sehingga, komunikasi akan berjalan baik ketika bawahan dengan atasan sama-sama saling menghormati dan menghargai.
b.        Emphaty (empati)
Merupakan kemampuan untuk memahami rekan organisasi dengan mendengar dan memahami terlebih dahulu sebelum orang lain. Empati bisa juga bermakna kemampuan mendengar dan siap menerima masukan atau kritik/saran (feeback) dengan besar hati.
c.         Audible (dapat didengar atau dipahami)
Merupakan kemampuan menyampaikan pesan kepada rekan organisasi dengan menggunakan berbagai cara dan sikap yang dapat diterima oleh teman komunikasi.
d.        Clear (jelas)
Pesan yang sampaikan harus jelas dan sebisa mungkin menghindari multi interpretasi. Serta pesan harus terbuka (tidak ada yang ditutupi) agar terbangun kepercayaan (trast) dari rekan organisasi.
e.         Humble (rendah hati)
Merupakan sikap berani mengakui kesalahan, tidak meremehkan orang lain, lemah lembut dan tidak sombong. Sikap seperti inilah yang akan membuat rekan organisator merasa tenang dalam menjalankan komunikasi.
3.         Rapat Menjadi Media Penyamaan Persepsi dan Menjalin Komunikasi Dalam Organisasi
Rapat berarti pertemuan untuk membahas agenda atau program yang akan dijalankan oleh organisasi. Dengan rapat yang bersifat demokratis, semua organisator bepeluang untuk mempersepsi semua objek yang ada dalam rapat kemudian hasil persepsinya dikeluarkan menjadi sebuah pendapat. Keluarnya pendapat, harus bersifat komunikatif. Artinya, semua peserta rapat merasa diajak untuk sama-sama aktif dan fokus.
Komunikasikan pendapat dengan mudah, logis dan sistematis, agar dipersepsi oleh yang lain tidak begitu sulit dan tidak berpeluang menimbulkan persepsi yang berbeda atau bertentangan.[11]
Dengan adanya rapat, pimpinan organisasi bisa dengan mudah memberikan persentasi atas program-program yang ada dalam pikirannya. Kemudian para anggota bisa mempersepsi dari hasil persentasi tersebut. Persepsi yang dilakukan, hendaknya dikomunikasikan dengan mengeluarkan pendapat. Dengan pendapat itulah, sehingga persepsi-persepsi yang ada, bisa lebih diarahkan menuju kesamaan.





                     III.              PENUTUP
A.      Kesimpulan
Persepsi merupakan daya tangkap seseorang dalam menafsirkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Syarat munculnya persepsi yaitu; adanya objek, adanya pemusatan perhatian, adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus, dan adanya saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak.
Persepsi dalam organisasi ialah daya tangkap seorang anggota atau pemimpin terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya ketika organisasi tersebut berjalan.
Upaya menyamakan persepsi, yaitu dengan banyak melakukan diskusi, dan jajak pendapat. Rapat atau pertemuan yang rutin, merupakan upaya efektif dalam menyamakan persepsi.
Komunikasi yaitu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi memiliki 2 model yaitu model komunikasi linier (satu arah) dan model komunikasi interaksi.
Keberlangsungan sebuah organisasi, dikatakan baik apabila ada kemampuan manajemen komunikasi yang baik pula. Baik dari sisi menerima, mengirim dan menindaklanjuti informasi.
Upaya untuk menyamakan persepsi dan peningkatan kualitas komunikasi, yaitu dengan adanya rapat atau pertemuan yang bersifat intensif.

B.       Kritik dan Saran
Dengan ini kami membuka ruang diskusi yang lebih jauh lagi, demi terciptanya khazanah keilmuan yang lebih sempurna, khususnya pada pembahasan makalah ini. Silahkan email ke suprihatinalghozali@aol.com!




DAFTAR PUSTAKA
John M. Ivancevish, dkk, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta: Erlangga, 2006.
Kadarman A. M., dkk, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Mardiatmadja, B.S., Teknik Memimpin Rapat, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Nevizond Chatab, Diagnostic Management; Metode Teruji Meningkatkan Keunggulan Organisasi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarta, 2009.
Stephen P. Rubbins dan Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi, Edisi 12 Buku 1, Penerjemah, Diana Enjelika, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid, Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok; Latihan Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar