I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu syarat pembentukan sebuah organisasi
ialah adanya AD ART organisasi. Yang tertulis dalam AD ART itu diantaranya poin
visi, misi dan tujuan atas terbentuknya organisasi.
Rumusan atas visi, misi dan tujuan, tergantung dari
pandangan konseptor, pengalaman pejabat teras atau para penggerak organisasi.
Oleh karena itu, hal yang sangat mendasar ialah konseptor atau pejabat teras
yang mumpuni dalam berpikir dan menginterpretasikan pemikiran itu dengan baik,
akan menentukan progres organisasi ke depan. Dengan kata lain, persepsi seorang
konseptor, mempengaruhi rumusan visi, misi dan tujuan organisasi.
Organisasi
tidak bisa bergerak apabila hanya dihuni oleh seorang konseptor atau seorang
pemimpin, tetapi adanya kehadiran, peran anggota atau pengurus lainnya, yang
mereka solid dan koperatif satu dengan yang lainnya.
Upaya harmonis dan penyamaan persepsi terhadap
lajunya organisasi, meniscayakan adanya media penghubung antara pemimpin dengan
pengurus atau dengan anggota. Media tersebut ialah adanya komunikasi yang baik
dan efektif.
Upaya untuk memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang persepsi dan komunikasi dalam organisasi, berikut kami paparkan dalam
tulisan ini!
B.
Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar
dari persepsi dan komunikasi.
2. Mengetahui persepsi dan
komunikasi dalam organisasi.
II.
PEMBAHASAN
A.
Persepsi dan Komunikasi
Pengertian dari organisasi, sudah dijelaskan pada
makalah-makalah sebelumnya. Jadi tinggal pengertian dari persepsi dan
komunikasi yang perlu dibahas dalam materi ini.
1.
Pengertian, Syarat dan Penyebab
Kesalahan Persepsi
a.
Pengertian
Persepsi
Berikut pengertian persepsi yang bisa menjadi
pijakan dasar yaitu: Pertama,
persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu.[1]
Kedua, persepsi merupakan pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dalam
menginterpretasikan atau menyimpulkan pesan atau informasi.[2] Ketiga,
persepsi itu proses yang dilakukan individu dalam mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungannya.[3]
Dari definisi diatas, maka persepsi adalah daya
tangkap seseorang dalam menafsirkan apa yang dilihat, didengar dan
dirasakannya.
b.
Syarat
Persepsi
Persepsi
bisa terjadi apabila syaratnya terpenuhi, yaitu:
1)
Adanya
objek, yaitu pengindraan terhadap objek yang pengindraan tersebut sebelumnya
mendapatkan stimulus dari luar dan dalam individu, langsung mengenai saraf
sensoris yang bekerja sebagai reseptor.
2)
Adanya
pemusatan perhatian sebagai langkah pertama untuk membangun persepsi.
3)
Adanya
alat indra sebagai reseptor penerima stimulus.
4)
Adanya
saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau
pusat kesadaran). Proses lanjutannya, dari otak dibawa melalui saraf motoris
sebagai alat untuk mengadakan respon.[4]
c.
Penyebab
Kesalahan Persepsi
Ketika seseorang melihat sebuah target, dan berusaha
untuk memberikan persepsi atau penafsiran, maka persepsi itu sangat dipengaruhi
oleh faktor penyebab yang disebut dengan faktor pribadi, faktor dari target
yang dilihatnya, serta faktor situasi dan kondisi.[5]
Faktor-faktor
penyebabnya meliputi:
1)
Faktor
pribadi yaitu sikap, motif, minat, pengalaman-pengalaman dan ekspektasi.
Contohnya ketika di sekolah pedesaan, seorang guru (informator) memberikan
intruksi kepada muridnya yaitu Ali Akbar, Syarif dan Slamet Sohidin agar
menggambar alat transfortasi. Seketika, Ali Akbar yang tidak pernah ke luar
kota, persepsinya langsung mengarah pada sepeda dan perahu sampan. Kemudian
Syarif, karena dia mempunyai pengalaman pernah naik mobil, maka persepsi alat
transportasi yang akan digambarnya ialah sepeda, perahu sampan dan mobil.
Sedangkan Slamet Sohidin yang sudah pernah pengalaman menginjakan kaki di
Jakarta, maka persepsinya tidak hanya 3 alat transportasi tersebut, tetapi dia
juga akan menggambar kereta dan pesawat.
Jadi, alat transportasi itu memberikan tiga persepsi
yang berbeda atas tiga orang berdasarkan pengalamannya.
2)
Faktor
target yaitu sesuatu yang baru, gerakan, suara, ukuran, latar belakang,
kedekatan, kemiripan. Sebagai contoh, melihat Ibu Istiqamah yang sedang termenung
menangis (suaranya di-silent) bisa
jadi dipersepsi bahwa Ibu Istiqamah sedang bersedih. Tetapi apabila suaranya tidak
di-silent, dan ibu Istikomah dalam
renungannya berkata dalam hati, “Alhamdulillah, akhirnya Pak Syarif melamar
diriku”. Karena suaranya ada, maka upaya memberikan persepsinya tidak susah,
dan bisa dipastikan menangisnya karena bahagia. Tidak atau jelasnya dipengaruhi
oleh suara.
3)
Faktor
situasi yaitu waktu dan tempat (keadaan). Contoh singkat, kondisi seseorang
yang mengantuk tentunya akan mempengaruhi persepsi terhadap apa yang
dirasakannya.
2.
Pengertian dan Model Komunikasi
a.
Pengertian
Komunikasi
Komunikasi ditinjau dari sisi etimologinya berasal
dari bahasa inggris yaitu communication,
sedangakan secara terminologi, komunikasi berarti proses mengirim dan menerima
pesan.[6]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.[7]
Dalam pengertian lain komunikasi merupakan
penyampaian informasi dari seorang informator kepada penerima informasi dan
informasi itu dapat difahami oleh si penerima.[8]
Pelaku komunikasi minimal ada 2 orang yaitu pemberi dan penerima informasi.
Informasi berlangsung melalui media atau saluran (Channel). Dalam proses penyampaian informasi, biasanya terjadi
gangguan pada salurannya yang sering disebut “noise”. Apabila tidak ada noise,
penerima informasi biasanya akan mendapatkan pengaruh pada dirinya.
b.
Model
Komunikasi
Komunikasi memiliki dua model yaitu model linier dan
model interaktif.
1)
Komunikasi
model linier ialah komunikasi satu arah. Untuk lebih memudahkan, silahkan
perhatikan gambar berikut!
Komunikasi ini cenderung menempatkan para simpatisan
komunikasi pada posisi yang tidak sejajar serta memberikan penjelasan yang
terbatas.
2)
Komunikasi
model interaksi, model ini oleh para peneliti dibagi lagi menjadi tiga bentuk.
Bentuk lingkaran tumpang tindih, zigzag dan heliks.
a)
Lingkaran
tumpang tindih, tidak dibedakan siapa pengirim pesan dan siapa penerimanya,
karena mereka semua adalah partisipan. Manakala pengalaman partisipan banyak
persamaannya, maka daerah tumpang tindih akan semakin besar, yang berarti bahwa
derajat pemahaman satu sama lain terhadap sesuatu semakin besar.
b)
Zigzag,
setiap partisipan komunikasi memerlukan waktu untuk meyakinkan diri, bahwa
partisipan yang lain memahami apa yang mereka maksudkan.
c)
Heliks,
partisipan komunikasi mempunyai kecendrungan untuk bergerak menuju satu arah
bersama dalam arti memahami pesan masing-masing.
B.
Persepsi dan Komunikasi Dalam
Organisasi
1.
Persepsi dalam Organisasi
Persepsi satu orang dalam memandang organisasi yang
didudukinya, sangat menentukan laju dari
organisasi tersebut. Karena individu yang mempunyai persepsi itu merupakan penggerak
dari organisasi tersebut.
Persepsi dalam organisasi merupakan daya tangkap
seorang anggota atau pemimpin terhadap apa yang dilihat, didengar dan
dirasakannya ketika organisasi tersebut berjalan. Sebagai contoh atau
aplikasinya, jika ketua organisasi atau Ketua Umum mengatakan kepada kader atau
anggotanya, “Kita harus kerja keras agar
organisasi ini menjadi organisasi yang diperhitungkan!”. Kemudian para kader
mempersepsi kalimat itu dengan berbagai ungkapan, kader 1 persepsinya, “Berarti
saya harus meningkatkan kinerja”, kader 2, “Mulai detik ini, saya harus
memutuskan untuk mengurangi jadwal shooting
saya”, kader 3, “Hai Ketum, ente berani gaji ane barapa untuk kerja keras?”.
Kata kerja keras, dipersepsi oleh tiga kader tersebut
dengan beragam pengertian. Ada yang mempersepsinya dengan peningkatan kinerja,
pengurangan jadwal dan ada juga kader yang mempersepsinya dengan sebuah
pertanyaan yang bersifat finansial.
Lantas dalam sebuah organisasi, langkah apa saja
yang harus dilakukan upaya menyamakan persepsi. Hal tersebut ialah banyak
melakukan diskusi, dan jajak pendapat. Rapat atau pertemuan yang rutin,
merupakan upaya efektif dalam menyamakan persepsi.[9]
Mempertahankan organisasi, tidak lebih mudah
dibandingkan dengan membangun organisasi. Dalam prosesnya, mempertahankan
organisasi perlu adanya persatuan, kekompakan dan sikap besar hati. Demikian
halnya dengan persepsi. Banyak kepala, pasti banyak pola persepsi yang
berkembang dalam tubuh organisasi. Tidak ada manajemen dalam penyamaan atau
menyatukan persepsi, maka yang ada hanya perdebatan, kemudian pertengkaran,
yang bertengkar akhirnya malas untuk bertemu dalam organisasi, organisasi bisa
menjadi vakum, atau bahkan hancur.
2.
Komunikasi dalam Organisasi
Kinerja Organisasi akan berjalan efektif apabila 3 proses ini berjalan dengan baik.
Yaitu proses komunikasi, proses pengambilan keputusan dan proses kepemimpinan.[10]
Organisasi akan berjalan dengan baik, apabila ada
kemampuan manajemen komunikasi yang baik. Baik dari sisi menerima, mengirim dan
menindaklanjuti informasi. Jadi, dari syarat efektifitas sebuah kinerja
organisasi, komunikasi merupakan poin yang juga menentukan.
Komunikasi itu sendiri pun, akan berjalan dengan
efektif, apabila sudah memperhatikan kaidah-kaidah dalam komunikasi.
Seorang pemimpin organisasi yang mencoba
menyampaikan visi-misinya kepada pengurus atau anggotanya, hendaknya
memperhatikan 5 kaidah komunikasi efektif, yaitu kaidah REACH. Secara harfiah kata REACH
ini memiliki arti mencapai, menjangkau atau meraih. Kemudian secara prinsipnya,
komunikasi memang harus meraih perhatian, minat, tanggapan, kepedulian dan
respon positif dari teman komunikasi. Apa yang dimaksud dengan kaidah REACH ini, berikut penjelasannya.
a.
Respect (hormat)
Pada dasarnya, seorang anggota organisasi yang
menyadari posisinya berada di bawah ketua, memiliki perasaan yang sama yaitu
ingin dihargai dan dihormati. Sehingga, komunikasi akan berjalan baik ketika
bawahan dengan atasan sama-sama saling menghormati dan menghargai.
b.
Emphaty (empati)
Merupakan kemampuan untuk memahami rekan organisasi
dengan mendengar dan memahami terlebih dahulu sebelum orang lain. Empati bisa
juga bermakna kemampuan mendengar dan siap menerima masukan atau kritik/saran (feeback) dengan besar hati.
c.
Audible (dapat didengar atau dipahami)
Merupakan kemampuan menyampaikan pesan kepada rekan
organisasi dengan menggunakan berbagai cara dan sikap yang dapat diterima oleh
teman komunikasi.
d.
Clear (jelas)
Pesan yang sampaikan harus jelas dan sebisa mungkin
menghindari multi interpretasi. Serta pesan harus terbuka (tidak ada yang
ditutupi) agar terbangun kepercayaan (trast)
dari rekan organisasi.
e.
Humble (rendah hati)
Merupakan sikap berani mengakui kesalahan, tidak
meremehkan orang lain, lemah lembut dan tidak sombong. Sikap seperti inilah
yang akan membuat rekan organisator merasa tenang dalam menjalankan komunikasi.
3.
Rapat Menjadi Media Penyamaan
Persepsi dan Menjalin Komunikasi Dalam Organisasi
Rapat berarti pertemuan untuk membahas agenda atau
program yang akan dijalankan oleh organisasi. Dengan rapat yang bersifat
demokratis, semua organisator bepeluang untuk mempersepsi semua objek yang ada
dalam rapat kemudian hasil persepsinya dikeluarkan menjadi sebuah pendapat.
Keluarnya pendapat, harus bersifat komunikatif. Artinya, semua peserta rapat
merasa diajak untuk sama-sama aktif dan fokus.
Komunikasikan pendapat dengan mudah, logis dan
sistematis, agar dipersepsi oleh yang lain tidak begitu sulit dan tidak
berpeluang menimbulkan persepsi yang berbeda atau bertentangan.[11]
Dengan adanya rapat, pimpinan organisasi bisa dengan
mudah memberikan persentasi atas program-program yang ada dalam pikirannya.
Kemudian para anggota bisa mempersepsi dari hasil persentasi tersebut. Persepsi
yang dilakukan, hendaknya dikomunikasikan dengan mengeluarkan pendapat. Dengan
pendapat itulah, sehingga persepsi-persepsi yang ada, bisa lebih diarahkan
menuju kesamaan.
III.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Persepsi merupakan daya tangkap seseorang dalam menafsirkan
apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya. Syarat munculnya persepsi yaitu;
adanya objek, adanya pemusatan perhatian, adanya alat indra sebagai reseptor
penerima stimulus, dan adanya saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus ke otak.
Persepsi dalam organisasi ialah daya tangkap seorang
anggota atau pemimpin terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya
ketika organisasi tersebut berjalan.
Upaya menyamakan persepsi, yaitu dengan banyak
melakukan diskusi, dan jajak pendapat. Rapat atau pertemuan yang rutin,
merupakan upaya efektif dalam menyamakan persepsi.
Komunikasi yaitu pengiriman
dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan
yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi memiliki 2 model yaitu model
komunikasi linier (satu arah) dan model komunikasi interaksi.
Keberlangsungan sebuah organisasi, dikatakan baik
apabila ada kemampuan manajemen komunikasi yang baik pula. Baik dari sisi
menerima, mengirim dan menindaklanjuti informasi.
Upaya untuk menyamakan persepsi dan peningkatan
kualitas komunikasi, yaitu dengan adanya rapat atau pertemuan yang bersifat
intensif.
B.
Kritik dan Saran
Dengan ini
kami membuka ruang diskusi yang lebih jauh lagi, demi terciptanya khazanah
keilmuan yang lebih sempurna, khususnya pada pembahasan makalah ini. Silahkan
email ke suprihatinalghozali@aol.com!
DAFTAR PUSTAKA
John M. Ivancevish, dkk,
Perilaku dan Manajemen Organisasi,
Jakarta: Erlangga, 2006.
Kadarman A. M., dkk, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Mardiatmadja,
B.S., Teknik Memimpin Rapat,
Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Nevizond Chatab, Diagnostic Management; Metode Teruji
Meningkatkan Keunggulan Organisasi, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja
Rosdakarta, 2009.
Stephen P. Rubbins dan
Timothy A. Judge, Perilaku Organisasi,
Edisi 12 Buku 1, Penerjemah, Diana Enjelika, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid,
Jakarta: Salemba Empat, 2008.
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004.
Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok; Latihan Kepemimpinan
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar