PENDAHULUAN
Secara teoritis
variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel ini menjadi
sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian
tanpa adanya
variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa mengenai
apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis variabel dalam
penelitian itu.
Dalam rancangan
variabel penelitian, perlu penegasan batasan pengertian yang bersifat
operasional. Hal itu dilakukan dengan pendefinisian yang bukan kata per kata,
tetapi per’istilahan’ yang dipandang masih belum operasional. Kendati demikian,
bagaimana cara melakukan pola yang baik dalam definisi operasional, agar ada
kecocokan yang sempurna antara istilah dengan realita.
Banyak hal yang
menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas dengan benar konsep dan
konstruk variabel serta definisi operasional akan menjadi suatu hal yang sangat
penting.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Konsep dan Konstruk
1.
Konsep
Konsep adalah abstraksi yang
dibentuk dari generalisasi “particulars” Berat (weight) adalah konsep
karena berat merupakan ekspresi sejumlah observasi dari segala sesuatu yang
berkisar dari ringan hingga berat[1].
Energi, daya, berat jenis, tahanan listrik adalah konsep-konsep yang biasa
dipakai oleh peneliti fisika. Konsep-konsep tersebut lebih abstrak dibanding
ketinggian, berat dan panjang. Konsep yang mudah dikenal dalam penelitian
sosial adalah prestasi. Prestasi adalah abstraksi yang dibentuk dari pengamatan
perilaku tertentu dari seorang (misal siswa). Perilaku itu dikaitkan dengan
pemahaman atau kompetensi dalam mengerjakan tugas-tugas guru dalam pelajaran
Matematika, Bahasa, Fisika, dan lain-lain. Contoh lain dari konsep misalnya
kecerdasan, agretifitas, kejujuran, kepuasan, kerja, kesetiaan (loyalitas), dan
sebagainya. Konsep merupakan bahan baku ilmu pengetahuan. Dari konsep dibentuk
proposisi, dan proposisi itu membentuk teori.[2]
Konsep adalah istilah atau simbol
yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu. Rambu-rambu lalu lintas adalah
simbol, dan simbol itu menunjuk pada suatu pengertian tertentu yang perlu
dipahami dan dipatuhi sebagai suatu peraturan. Sekolah adalah istilah dan istilah
ini mengingatkan kita pada sesuatu yang kongkret seperti gedung, guru, murid,
pelajaran, dan sebagainya. Wawewo juga sebuah istilah tetapi istilah ini tidak
mengandung makna, tidak menunjuk pada suatu pengertian, karena itu bukan
konsep.
Konsep adalah sesuatu yang
abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang kongkret. Abstraksi suatu konsep itu
bertingkat-tingkat, ada yang abstraksinya sangat tinggi dan ada yang rendah.
Misalnya, “minat” adalah suatu konsep yang sukar dicarikan hal-hal kongkret
sebagai penunjuknya, tetapi “kursi” adalah kosep yang sangat mudah dihubungkan
dengan hal yang kongkret. Konsep-konsep yang dimiliki ilmu pengetahuan
sangatlah tinggi. Konsep seperti ini oleh Kerlinger disebut construct
atau konsep nominal
Konseptualisasi adalah proses
pembentukan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan. Proses
ini berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara
individual, kemudian merumuskannya dalambentuk konsep. Konsep bersifat abstrak
sedangkan gejala bersifat kongkret (lihat Gambar 1.1)
Dunia
abstrak (konsep)
Dunia
nyata
Konsep berada dalam bidang logika
(teoritis) sedangkan gejala berada dalam dunia empiris (faktual)[3].
Memberikam konsep pada gejala itulah yang disebut konseptualisasi. Konsep
bersifat abstrak dan dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang khusus.
Babie mengatakanya sebagai the procces through wich we specify precisely
what we mean when we use paticular terms (proses dengan mana kita memberi
nama yang khusus secara tepat yang menggambarkan apa yang kita maksudkan)
2.
Konstruk
Dalam mendeskripsikan variabel,
peneliti tidak harus terpancing dengan nama variabel secara persis, namun juga
dipertimbangkan teori-teori yang berkaitan dan dekat dengan variabel tersebut.
Contoh variabel motivasi pelayanan untuk mendapatkan pemahaman tentang motivasi
pelayanan dapat diambil dari sumber-sumber misalnya motivasi kerja, motivasi
berprestasi, motivasi belajar, dan lain-lain. Setelah variabel penelitian
dideskripsikan secara baik, kemudian peneliti menutup uraian teori tiap
variabel dengan suatu konstruk. Konstruk
atau bangunan pengertian atau konsep yang digunakan dalam penelitian
merupakan pendapat peneliti tentang variabel tersebut dimana maknanya akan dipergunakan
sebagai landasan dalam penelitian. Konstruk lahir karena peneliti terinspirasi
dari berbagai teori atau kajian yang disusunnya. Untuk itu penempatan konstruk
pada alenia terakhir dari setiap kajian teori per variabel.[4]
Konstruk atau konsep nominal
adalah konsep yang bersifat umum yang pengertiannya tidak terikat pada waktu
dan tempat. Misalnya “motivasi belajar mahasiswa di Indonesia. Motivasi adalah
konsep yang bersifat umum tetapi, motivasi belajar mahasiswa di Indonesia
adalah konsep yang hanya berlaku pada mahasiswa di Indonesia. Kerlinger
menamakan motivasi itu dengan konstruk dan motivasi belajar mahasiswa dinamakan
konsep. [5]
B.
Pengertian Variabel
Kalau ada pertanyaan tentang apa
yang anda teliti, maka jawabanya berkenaan dengan variabel penelitian. Jadi
variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.[6]
Istilah variabel merupakan
istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian, F.N
Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya laki-laki,
dalam jenis kelamin dan, insaf dalam konsep kesadaran[7].
Sutrisno Hadi mendefinisikan
variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis
kelamin mempunyai variasi: laki-laki --- perempuan; berat badan, karena ada
berat 40 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian sehingga variabel
adalah objek penelitian yang bervariasi.
Variabel dapat dibedakan atas
kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota,
umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif
misalnya kemakmuran kepandaian.
Secara teoritis variabel dapat
didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi
antara satu dengan yang lain atau antara satu obyek dengan obyek yang lain
(Hatch dan farhady, 1981). Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya
berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu
bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi
dapat juga dikatakan variabel karena misalnya persepsi dari sekelompok orang
tentu bervariasi.
Variabel sering dirancukan dengan
konstruk (konstruk adalah bangunan pengertian atau sifat dari yang akan
dipelajari)[8].
Variabel juga disebut sebgai sifat yang diambil dari suatu nilai yang
bervariasi yang dimiliki oleh objek. Artinya variabel adalah suatu sifat objek
yang nilainya bervariasi. Jika ditinjau dari konsepnya , atribut berbeda dengan
variabel. Atribut adalah konsep yang memiliki ciri khas (property) sehingga
dapat dibedakan. Konsep seperti itu mengandung informasi yang bersifat
kategorial, misalnya jenis kelamin, suku, agama yang dianut dan sebagainya.
Informasi yang sifatnya kategorial tersebut adalah susuan pengertian atau
bentuk pernyataan yang dibuat oleh peneliti dan telah diberi makna. Konsep
sering dipergunakan dalam penelitian kualitatif; setiap peneliti memiliki
otoritas dan ketergantungan terhadap teori. Contoh wanita, jawa, kaya dan
sebagainya. Variabel adalah konsep yang mengandung ciri khas yang dapat diukur
atau dapat menunjukan adanya derajat. Contoh, kewanitaan, kejantanan, kekayaan,
dan sebagainya.
Sekali lagi variabel adalah objek
penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan
data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka[9]. Dari
sumber SK Mentri P dan K No. 0259/U/1977 taggal 11 juli 1977 disebutkan bahwa
data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan menyusun suatu
informasi. Sedangkan informasi adalah ahsil pengolahan data yang dipakai untuk
suatu keperluan.
Memahami variabel dan kemampuan
menganalisis atau mengidentifikasikan setiap variabel yang lebih kecil (sub
variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Memang
mengidentifikasikan variabel dan sub-variabel ini tidak mudah, karenanya
membutuhkan kejelian dan kelincahan berfikir pelakunya.
Memecah-mecah variabel menjadi
sub-variabel ini disebut juga kategorisasi[10]kategori-kategori
data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Kategori ini dapat diartikan sebagai
indikator variabel. Dalam contoh kesadaran masyarakat, jika akan mengukur
apakah seseorang cukup besar tingkat kesadaran bermasyarakatnya, maka perlu
dicari tanda-tandanya, indikatornya, bukti-buktinya.
MENENTUKAN VARIABEL[11] gambar 1.2
Langkah 1
Memilih Masalah
Langkah
2
Studi Pendahuluan
Langkah 3
Merumuskan Masalah
Langkah 4 Langkah 4a
Merumuskan Anggapan dasar
Hipotesis
Langkah 5
Memilih Pendekatan
Langkah 6a Langkah
6b
Menentukan Variabel Menentukan
sumber data
Langkah 7
Menentukan dan Menyusun Instrumen
Langkah 8
Mengumpulkan Data
Langkah 9
AnalisData
Langkah 10
Menarik Kesimpulan
Langkah 11
Menyusun laporan
C.
Jenis-Jenis Variabel
Menurut hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain maka jenis-jenis variabel dalam penelitian
dapat dibedakan menjadi:
1.
Variabel Independen: variabel ini sering disebut
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempemgaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)[12].
2.
Variabel Dependen: sering disebut variabel output,
kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.[13]
3.
Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat
dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel
moderator disebut juga variabel independen ke dua.[14]
4.
Variabel Intervening: Dalam hal ini Tuckman (1998) menyatakan “An intervening
variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but
cannot be seen, measure or manipulate”. Variabel intervening adalah variabel
yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan
dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan
diukur[15].
Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel
independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
5.
Variabel kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehigga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering
digunkan oleh penelit, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan[16].
D.
Hubungan dan Contoh Variabel
Sebelum mengetahui hubungan antar variabel,
perlu diketahui pentingnya memahami sebuah variabel. Untuk memahaminya
dibutuhkan kemampuan analisa atau identifikasi pada setiap variabel.[17]
Berikut hubungan variabel dan contohnya.
1.
Hubungan variabel independen, variabel dependen[18]
2.
Hubungan variabel independen-moderator, dependen
Hubungan suami isteri akan semakin kuat,
apabila mendapatkan amanat dari Allah swt berupa anak, dan akan akan semakin
renggang apabila ada pihak ke tiga itu mencampuri hubungannya. Jadi, anak
sebagai variabel moderator yang memperkuat (positif), sedangkan fihak ke tiga
merupakan variabel moderator yang memperlemah hubungan (negatif).
Hubungan motivasi kerja dengan produktivitas
kerja akan semakin kuat apabila adanya peran seorang pemimpin yang dapat
menciptakn suasana kerja lebih enjoy dan menyenangkan. Begitupun peranan
pemimpin sebagai variabel moderator, tidak pernah memberikan apresiasi kepada
bawahan walaupun kata ‘selamat’ itu akan mempengaruhi hubungan motivasi kerja
dengan produktivitas kerja.
3.
Hubungan variabel
independen-moderator-intervening, dependen
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi
secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya usia). Dalam
hubungan antara penghasilan dengan gaya hidup, terdapat budaya lingkungan
tempat tinggal/variabel moderator.
4.
Hubungan variabel independen-kontrol, dependen
Dengan adanya variabel kontrol maka besarnya
pengaruh jenis pendidikan terhadap skill mengetik dapat diketahui lebih
pasti.
Analisis yang bisa dilakukan agar dapat
menentukan variabel independen, dependen, moderator, intervening, atau kontrol,
hendaknya melihat konteks dengan dilandasi konsep teoritis yang mumpuni maupun
hasil pengamatan yang empiris. Dengan demikian, sebelum peneliti memilih
variabel apa yang akan diteliti, terlebih dahulu perlu dilakukan kajian
teoritis dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu terhadap objek yang
akan diteliti. Jangan sampai rancanangan penelitian sudah dibuat di lembaran
kertas, tetapi tidak mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada pada
objek penelitian. Tidak sedikit peneliti yang sudah merumuskan masalah ternyata
masalah itu tidak menjadi masalah pada objek penelitian.[19]
Keseimbangan antara ranah toritis dengan ranah
realistis hendaknya juga diperhatikan oleh seorang peneliti dalam menentukan
variabel-variabelnya.
E.
Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan keadaan (panjang, pendek) sebuah
interval yang ada dalam alat ukur, yang kemudian alat tersebut apabila
digunakan dalam mengukur variabel akan menghasilkan data kuantitatif. Adapun
macam-macam skala pengukuran tersebut antara lain:
1.
Skala Ordinal
Skala ini memberikan informasi tentang jumlah
relatif karakteristik yang beragam yang dimiliki oleh objek penelitian. Tingkat
pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal kemudian ditambah dengan
sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu objek
memiliki karakteristi yang lebih atau kurang, tetapi tidak fokus pada berapa
banyak kekurangannya atau kelebihannya.
Contohnya, apabila ingin mengukur prioritas
kepuasan (ranking) responden terhadap empat toko pulsa nasional.
NO
|
TOKO PULSA
|
RANKING
|
1
|
Supricell
|
1
|
2
|
Ihsancell
|
2
|
3
|
Alicell
|
3
|
4
|
Syarifcell
|
4
|
Dengan skala ini, maka Supricell yang
mendapatkan prioritas terbanyak atas pilihan responden.
2.
Skala Nominal
Skala ini digunakan untuk mengklasifikasikan
objek (individual atau kelompok). Sebagai contoh, jenis kelamin, pekerjaan, agama
dan lain-lain. Contohnya, jenis kelamin responden, laki-laki = 7, dan wanita 8.
Upaya identifikasinya, tetap menggunakan
angka-angka sebagai simbol.[20]
3.
Skala Interval
Skala interval adalah skala yang cara pengukurannya berkenaan dengan
posisi jarak antar dua titik pada skala, yang sudah diketahui. Berbeda dengan skala
ordinal, dimana jarak dua titik tidak diperhatikan (seperti berapa jarak antara
puas dan tidak puas, yang sebenarnya menyangkut perasaan orang saja).
Contohnya, temperatur ruangan. Bisa diukur
dalam Celsius, atau Fahrenheit, dengan masing-masing punya skala sendiri. Untuk air membeku
dan mendidih:
Celcius pada 0° C sampai 100° C. Sakala ini jelas jaraknya, bahwa
100-0=100
Fahreinheit pada 32° F sampai 212°F. Skala ini jelas jaraknya,
212-32=180
4.
Skala Ratio
Skala ini adalah skala
yang cara pengukurannya juga berkenaan dengan posisi jarak dua titik pada skala
yang sudah diketahui, dan mempunyai titik nol yang absolut. Ini berbeda dengan skala interval, dimana tidak ada titik nol mutlak/absolut. Seperti titik 0°C
tentu berbeda dengan titik 0°F. atau pergantian
tahun pada sistem kalender Masehi (setiap 1 Januari) berbeda dengan pergantian tahun
Jawa, China dan lainnya. Sehingga tak ada tahun baru dalam artian diakui oleh
semua kalender sebagai tahun baru.
Contohnya, Jumlah buku di kelas. Jika 5, berarti ada 5 buku. Jika 0,
berarti tidak ada buku (absolut 0).
5.
Skala Pengukuran Sikap
Berkenaan dengan sikap (abstrak), ada empat
jenis skala pengukurannya, yaitu skala likert, skala thurstone, skala guttman
dan skala deferensial.
a.
Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan resepsi seseorang atau individual tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh seorang
peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Contohnya:
BENTUK PREFERENSI
|
|||||
NO
|
PREFERENSI
|
NO
|
PREFERENSI
|
NO
|
PREFERENSI
|
1
|
Sangat Setuju
|
1
|
Setuju
|
1
|
Sangat Positif
|
2
|
Setuju
|
2
|
Sering
|
2
|
Positif
|
3
|
Ragu-ragu
|
3
|
Kadang-kadang
|
3
|
Netral
|
4
|
Tidak Setuju
|
4
|
Hampir Tidak Pernah
|
4
|
Negatif
|
5
|
Sangat Tidak Setuju
|
5
|
Tidak Pernah
|
5
|
Sangat Negatif
|
Untuk keperluan analisis kuantitatif, jawaban
tersebut diberi skor. Misalnya sangat setuju diberi skor 5, setuju sekornya 4
dan seterusnya.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian variabel tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pertanyaan atau pernyataan, baik bersifat favorable (positif)
atau bersifat unfavorable (negatif).
Sistem penilaian dalam skala likert yaitu
apabila item favorable, sangat setuju = 5, dan seterusnya. Untuk item unfavorable,
sangat setuju = 1, dan seterusnya.
b.
Skala Thurstone
Skala thurstone adalah skala sikap yang
pertama dikembangkan dalam pengukuran sikap. Skala ini mempunya tiga metode penskalaan sikap, yaitu:
1)
Metode perbandingan pasangan,
2)
Metode interval pemunculan sama
3)
Metode interval berurutan.
c.
Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan
mendapat jawaban yang tegas, hanya ada dua alternatif. Antara setuju atau tidak
setuju.
Contohnya, Apakah anda setuju dengan
pernyataan bahwa Pak H. Sabeni itu tampan dan baik hati?
Pilihan: a.
Setuju b. Tidak Setuju
d.
Skala Semantik Deferensial
Skala ini dikembangkan oleh Osgood. Skala ini
juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya bukan pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban ‘sangat
positifnya’ terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang ‘sangat negatif’
terletak di bagian kiri gasis, atau sebaliknya.[21]
F.
Definisi Operasional
Definisi
operasional ialah suatu definisi yang diberikan kepada sesuatu variabel atau
konstruk dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, atau
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Definisi operasional yang dibuat, berupa definisi operasional yang diukur.
Dengan kata lain, definisi operasionalnya bersifat eksperimental.[22]
Berikut sebagai
contohnya, seorang guru memikirkan apa tanda-tanda seseorang siswa dikatakan
“rajin belajar.” Apa saja yang menjadi “ukuran” rajin belajar itu?
Pertama, deskripsikan dulu apa saja kegiatan yang termasuk belajar
itu (mengikuti kelas, membaca bahan pelajaran, mengerjakan tugas, berdiskusi
dengan teman, atau apalagi?). Setelah itu cari tanda (ukuran, indikator)
kerajinan (belajar) dari setiap deskriptor tadi. Jadi, ada rajin
mengikuti kelas (tanda atau indikatornya?), ada rajin membaca bahan pelajaran
(tanda atau indikatornya?) dan seterusnya. Kemudian, dalam setiap deskriptor
itu tentu ada subdeskriptornya. Mengikuti kelas (salah satu deskriptor belajar)
mengandung sub kegiatan, misalnya, mengikuti presentasi guru, mengikuti diskusi
kelas (jika ada), mengerjakan tugas kelas (jika ada), menyusun makalah untuk
diskusi kelas dan mempresentasikannya (jika ada).
Dengan demikian,
kerajinan belajar siswa ialah kekerapan seseorang siswa hadir di kelas
mengikuti perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas kelas, kekerapan membaca
literatur yang terkait dengan pembelajaran, kekerapan dan kesungguhan
mengerjakan tugas-tugas dari guru dan sebagainya.
Dalam
pengertian lain, definisi operasional terhadap suatu variabel, bukanlah mutlak
untuk keperluan mengkomunikasikannya kepada orang lain, sehingga tidak
menimbulkan kesalahan dalam interpretasi, tetapi juga untuk menuntun peneliti.
Misalnya di dalam menyusun pengurutan variabel-variabel yang hendak diteliti.
Sebagai contoh, variabel ‘tingkat pendidikan’ didefinisikan secara operasional
dengan ‘jumlah tahun seseorang pernah bersekolah, terhitung mulai Sekolah Dasar
(SD).[23]
Ada tiga pola
yang dapat diberikan dalam melakukan definisi operasional terhadap suatu
variabel atau konstruk, yaitu:
a.
Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta
cara beroperasinya hal-hal yang didefinisikan. Sebagai contoh:
1)
Bodoh adalah seseorang yang rendah kemampuannya baik dalam memecahkan soal atau
dalam memahami bilangan.
2)
Lapar adalah orang yang menyantap makanannya kurang dari satu
menit setelah makanan itu dihidangkan. Dan menghabiskan makanan tersebut dalam
tempo 5 menit.
3)
Sabar adalah seorang ibu yang melahirkan anak tidak kurang dari
4 orang dalam 5 tahun.
b.
Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang
terjadi yang tidak dilakukan atau yang harus dilakukan dalam memperoleh
konstruk yang didefinisikan. Sebagai contoh:
1)
Kenyang adalah suatu keadaan yang timbul pada seseorang setelah
ia diberi makan secukupnya dengan interval selama 4 jam.[24]
2)
Garam adalah suatu zat yang dibentuk dari kombinasi antara
kalium dan khlor.
3)
Frustasi adalah suatu hal yang timbul akibat tidak tercapainya hal
yang sangat diinginkan padahal, hal tersebut sudah hampir tercapai.
c.
Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang
didefinisikan itu nampak atau dimunculkan. Sebagai contoh:
1)
Harga gabah adalah harga rata-rata dari gabah kualitas rendah di
tingkat pedesaan di Jawa.
2)
Murid yang cerdas adalah mereka-mereka yang mempunyai kemampuan menjawab
pertanyaan dengan baik serta dapat berdiri sendiri dalam memecahkan masalah.
3)
Prestasi berhitung adalah kompetensi dalam menambah, mengurang, mengalikan,
membagi, menggunakan pecahan dan desimal.
4)
Ekstraversi adalah kecenderunganseseorang yang lebih menyukai berada
dalam suatu kelompok daripada menyendiri.[25]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep adalah sesuatu yang
abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang kongkret. Konsep juga bermakna
istilah atau simbol. Jika persimpangan jalan ada rambu-rambu lalulintas berupa
lampu merah, berarti pengendara wajib berhenti. Sedangkan makna konseptualisasi
adalah proses pembentukan konsep dari gejala-gejala yang telah diamati oleh
seorang peneliti.
Konstruk merupakan konsep yang
bersifat umum yang maknanya tidak terikat pada waktu dan tempat. Konstruk atau
bangunan ini merupakan pendapat peneliti tentang variabel. Yang kemuadian
variabel tersebut menjadi landasan utama dalam penulisan ilmiah.
Variabel ialah sesuatu yang
berbentuk apa saja yang pada prosesnya ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam menentukan keadaan sebuah interval
yang ada dalam alat ukur, yang kemudian alat tersebut apabila digunakan dalam
mengukur variabel akan menghasilkan data kuantitatif.
Definisi operasional merupakan suatu definisi
yang diberikan kepada sesuatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan makna
atau menspesifikasikan kegiatan, atau memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Hal itu ditujukan agar variabel
bisa lebih dimengerti dan lebih mudah untuk dianalisis. Definisi operasional
yang dibuat, berupa definisi operasional yang diukur. Dengan kata lain,
definisi operasionalnya bersifat pengalaman atas peneliti.
B.
Kritik dan Saran
Dengan ini kami membuka ruang diskusi yang
lebih jauh lagi, demi terciptanya khazanah keilmuan yang lebih sempurna,
khususnya pada pembahasan makalah ini. Silahkan email ke suprihatinalghozali@aol.com
atau ke muhammadichsan102@gmail.com !
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Ø
Faisal, Sanafiah. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.
Ø
Nazir, Moh. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005.
Ø
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, Bandung: Alfabet, 2009.
Ø
Sumanto. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Yogyakarta:
CAPS, 2014.
Ø Gulo, W. Metodologi Penelitian,
Jakarta: Grasindo
[1]Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Yogyakarta: CAPS, 2014,
hal. 47.
[2]W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, hal. 8.
[3]W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, hal. 37.
[4]Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, Yogyakarta: CAPS,
2014, hal. 44.
[5]W. Gulo, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, hal. 9.
[6]Prof. Dr. Sugiyono, Metode penelitian
Kuantitatif kualitatifdan R&D, cet18, Bandung: Alfabeta, 2013, hal 38
[7]Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian, cet 15, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013, hal 159
[8]Dr. Sumanto, M.A, Teori dan Aplikasi Metode
Penelitian, Yogyakarta: CAPS cet. 1, 2014 hal. 31
[9]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2013, hal. 161
[10]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2013, hal. 164
[11]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2013, hal. 158.
[12]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006, hal. 119.
[13]Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif kualitatifdan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2013, hal. 39.
[14]Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif kualitatifdan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2013, hal 39
[15]Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif kualitatifdan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2013, hal 39
[16]Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif kualitatifdan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2013, hal. 41.
[17] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 95.
[18] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabet, 2009, hal. 39.
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabet, 2009, Cetakan ke 8, hal. 41.
[20] Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu, 2006, hal. 55
[21] Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu, 2006, hal. 57
[22] Moh Nazir, Metode Penelitian, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005, hal. 126.
[23] Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian
Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1999, hal. 108.
[24] Interval adalah masa
antara dua kejadian yg bertalian (diakses di http://artikata.com/, pada tanggal 25 Februari 2015)
[25] Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999, hal.
127
Hai..
BalasHapuskita dari agen poker online papadomino mau memberitahukan bahwa sekarang sedang ada promo bonus yaitu :
* Bonus Mingguan : 0.5% (setiap senin)
* Bonus Referral : 20% (seumur hidup)
Hanya dengan minimal depo & wd Rp 20.000,-
Proses depo / wd cepat
100% PLAYER VS PLAYER Tanpa ROBOT
link pendaftaran : http://papadomino.com/?ref=jesica6413
Untuk info lebih lanjut silahkan hubungi : 2B4A514B
* Buat yang suka bermain togel silahkan kunjungi http://www.papa4d2.com/ref.php?ref=jesica
;)
judi poker
bandar poker
domino online
agen poker online
poker online
capsa susun
poker online terpecaya